Diketahui, Candi Cetho termasuk candi Hindu yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
asmiranda ajak anak dan suami berlibur ke Candi Cetho pada 20 November 2021 lalu (Foto: isntagram)
Di sekitar kompleks candi ini juga ada candi kecil yang juga masih satu rangkaian dengan candi Cetho, yakni candi Kethek. Candi Kethek terletak 300 meter di samping candi utama. Yang juga merupakan peninggalan raja Majapahit pungkasan (terakhir) yakni Prabu Brawijaya V.
Menurut Mbah Po, warga desa Ngargoyoso menerangkan asal nama candi tersebut. Nama Cetho diambil dari nama dusun tempat situs candi ini yakni dusun Cetho. Dalam bahasa jawa cetho berarti nampak jelas.
"Sebab dari dusun Cetho sangat jelas Gunung Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, kadang kalau cuaca cerah nampak puncak Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing," ujarnya.
Candi Cetho berbentuk teras atau punden bertingkat yang saat ini tinggal 9 teras, berdiri tinggi memanjang dan mengerucut. Berdasarkan inskripsi (tulisan pada batu) yang ada di dinding gapura batu dengan aksara Jawa Kuna berbahasa Jawa Kuna di bangun pada tahun 1397 Saka atau 1475 Masehi.
Dan candi ini dibangun berfungsi untuk untuk menyucikan diri (ruwat) atau membebaskan dari kutukan. Batuan candi terbuat dari batu andesit dengan relief yang sangat sederhana sekali.
Terdapat juga bangunan pendapa yang ada di kanan kiri gapura candi yang sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat upacara keagamaan bagi umat hindu.
Di bagian puncak bangunan utama berbentuk trapesium berada di teras paling atas.
Sebuah bangunan utama berupa ruangan tanpa atap berdinding batu dengan tinggi kurang lebih 2 meter. Dari sini terlihat bangunan-bangunan lain di Candi Cetho yang terlihat dengan sangat jelas.
Editor : Ditya Arnanta