get app
inews
Aa Text
Read Next : Bahaya Bahan Kimia Obat pada Jamu, BPOM Surakarta Gelar Bimtek untuk Distributor Obat Bahan Alam

Perkuat Peran Apoteker, BPOM Surakarta Gelar Bimtek Strategi Pengendalian Resistensi Antimikroba

Kamis, 06 November 2025 | 22:11 WIB
header img
BPOM Surakarta gelar Bimtek Resistensi Antimikroba bersama para apoteker di Solo, Sukoharj

SOLO, iNewskaranganyar.id- Upaya memperkuat peran tenaga kefarmasian dalam pengendalian resistensi antimikroba (AMR), Balai POM di Surakarta menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengendalian Resistensi Antimikroba pada Kamis (6/11/2025) di Parangraja Hotel Solo.

Kegiatan ini diikuti puluhan apoteker dari apotek yang tersebar di wilayah Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar.

Kepala BPOM Surakarta, Muhammad Fajar Arifin, S.Farm., Apt., menekankan bahwa resistensi antimikroba telah menjadi ancaman kesehatan masyarakat global.

“Kita sering menyebutnya AMR. Ini isu yang sangat serius dan telah berlangsung lama. Bila tidak ditanggulangi, diperkirakan pada tahun 2050, kematian akibat AMR dapat mencapai 10 juta orang per tahun,” ujar Fajar.

Ia menjelaskan bahwa sumber resistensi antimikroba tidak hanya berasal dari manusia, tetapi juga dari sektor peternakan dan lingkungan.

“Penggunaan antibiotik pada hewan ternak dan unggas, misalnya, turut berkontribusi terhadap munculnya bakteri resisten,” katanya.

Melalui kegiatan ini, BPOM berupaya memperkuat kapasitas apoteker dalam mendorong penggunaan antibiotik yang rasional serta meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam pengendalian AMR.

“Bimtek ini bukan untuk menyalahkan apotek. Justru kita ingin memaksimalkan peran apoteker agar menjadi garda depan pengawasan penggunaan antibiotik secara bijak,” tegas Fajar.

Data BPOM menunjukkan bahwa tren penyerahan antibiotik tanpa resep dokter memang mengalami penurunan, namun masih tinggi. Tahun 2021 tercatat 79,53 persen, turun menjadi 70,59 persen pada 2024. Penurunan ini dinilai belum signifikan sehingga diperlukan langkah strategis yang lebih kuat.

Salah satu upaya yang kini ditempuh adalah kerja sama dengan pemerintah daerah dalam penerbitan Surat Edaran Bupati/Wali Kota terkait larangan penyerahan antibiotik tanpa resep.

“Di wilayah Soloraya, Karanganyar sudah mulai berproses. Harapannya, langkah ini bisa memperkuat regulasi di tingkat lokal,” jelasnya.

Selain fokus pada pengendalian resistensi, BPOM juga terus mendorong kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah obat melalui program ‘Ayo Buang Sampah Obat dengan Benar’.

Program ini merupakan kolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan organisasi profesi farmasi, untuk memastikan obat-obatan, termasuk antibiotik rumah tangga, tidak mencemari lingkungan.

Fajar berharap kegiatan ini mampu memperkuat komitmen bersama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat.

“Kalau dari BPOM saja tidak mungkin. Kita harus bersama-sama menjaga agar antibiotik tetap efektif digunakan. Gunakan antibiotik secara bijak, dan selalu dengan resep dokter,” pesannya.

Melalui Bimtek ini, BPOM Surakarta menegaskan pentingnya peran apoteker sebagai ujung tombak dalam memastikan penggunaan antibiotik yang rasional sekaligus melindungi masyarakat dari ancaman resistensi antimikroba di masa depan.

Editor : Lituhayu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut