BOYOLALI, iNewskaranganyar.id - Mitos Gunung Merapi bagi sebagian masyarakat yang tinggal di lereng gunung teraktif yang memisahkan empat Kabupaten dan dua Provinsi di tanah jawa ini sudah begitu akrab ditelinga.
Gunung satu ini diyakini sebagai penjuru angin bagi dua Keraton keturunan trah Mataram yang masih tersisa, yakni Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Tak heran, kalau kedua keraton ini, hingga saat ini kerap menggelar ritual di Gunung tersebut. Karena keyakinan itulah, masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi tak pernah panik dan buru-buru mengungsi bila Gunung Marapi bergejolak.
Mereka meyakini meski asap panas atau wedus gembel ini sudah berulangkali dilepaskan Gunung Merapi, mereka tidak akan beranjak dari tempat tinggalnya, bila tanda-tanda gaib belum mendatangi salah satu tokoh yang di percaya sebagai juru kunci.
Saat Mbah Marijan masih hidup, masyarakat sekitar lebih patuh terhadap Mbah Marijan. Bahkan masyarakat sekitar lebih mematuhi alhamrhum mbah Marijan dibandingkan pemerintah.
Sekalipun perintah itu dikeluarkan dari pihak Keraton,selama Mbah Marijan belum didatangi sosok gaib yang menyerupai salah satu tokoh punakawan, Mbah Petruk, intruksi segera mengungsi belum dikeluarkan.
Sosok Mbah Petruk sendiri diyakini penunggu Gunung Merapi, warga, termasuk Mbah Marijan. Sehingga, bila sosok gaib Mbah Petruk sudah muncul, suatu pertanda bila erupsi besar tak lama lagi bakal terjadi.
Editor : Ditya Arnanta