Aksi demo tersebut bermula karena keresahan para dosen ISI Solo karena belum cairnya tunjangan kinerja (tukin) sejak tahun 2020 hingga 2024 yang seharusnya mereka terima.
Rektor ISI Solo, I Nyoman Sukerna mendukung aksi damai yang dilakukan para dosen tersebut.
"Kami ISI Surakarta ikut berpartisipasi untuk ikut menuntu keadilan di negara kita Indonesia ini," paparnya kepada wartawan, Senin (3/2).
Menurut Permendikbud tahun 2020, perubahan kedua dari Permendikbud no 16 tahun 2016 tentang ketentuan teknis pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai di lingkungan Kemendikbud tidak dilaksanakan dengan benar dan adil.
"Sebab tunjangan Tukin sejak 2020 hingga Februari 2025 tidak dibayarkan. Mari bersama menuntut keadilan agar kinerja kesejahteraan dosen akan bisa berjalan dengan baik," ungkapnya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik ISI Surakarta, Bambang Sunarto menilai ketimpangan yang terjadi dalam pencairan tukin.
"Diketahui, dosen yang berada dibawah Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta kementerian lainnya telah menerima tunjangan tersebut,"
Namun sayangnya dosen yang ada di lingkungaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti saintek). sama sekali belum mendapatkannya.
Total di seluruh Indonesia ada sekitar 80 ribu dosen ASN. Sedangkan di ISI Solo ada
250 dosen ASN yang tukinnya juga belum cair.
"Kami merasa benar-benar diabaikan. Seharusnya, mereka yang bertanggung jawab dalam eksekusi kebijakan ini segera menindaklanjuti peraturan yang sudah ada,” pungkasnya.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait