Selain tokoh tadi, dama Munas HPK ini pun hadir sejumlah perwakilan dari beberapa kementrian. Seperti kementrian agama, kemendagri hingga kementrian ekuin. Diantaranya, dari Kemendagri yang mewakili Mendagri, Irjen Pol Made Mahendra, Kemenag diwakili Ali Safruddin, Ekuin, DR Panggah dan Prof Yudiari, penghayat sekaligus rektor salah satu universitas.
“Kehadiran para tokoh nasional menjadi sebuah penyejuk bagi para penghayat agar terus mempertahankan esksistensi akar kebudayaan bangsa Ini,"ungkapnya.
Tony menjelaskan, KH Said Aqil Siraj yang merupakan pelindung di segenap agama dan kepercayaan dan masyarakat adat di BNPT berpesan pentingnya harmonisasi nusantara sebagai satu-satunya penjaga gawang NKRI.
"Beliau menyampaikan, tentang pentingnya harmonisasi nusantara sebagai satu-satunya penjaga gawang NKRI dengan dinamika yang sedang mengalami peningkatan radikalisme dan semakin liarnya sosial kultur dan religi. Maka penghayat menjadi penjaga gawang yang senantias menjaga nilai luhur nusanatara,”jelasnya.
Menurutnya Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan kontribiusi bagi terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang bulu.
“Kami juga berharap agar pemerintah tidak lalai dan tebang pilih. Pemerintah bisa mengayomi, warganya serta bagaimana bangsa ini dibawa menjadi bangsa yang maju dan berperadaban,misalnya bagaimana jika ada saudara kami yang menikah, meninggal dan sekolah. Secara UU sudah sah juga sudah masuk dalam format Dukcapil, tinggal pelaksanaannya saja di masyarakat,”jelasnya.
Sedangkan dipilihnya Karanganyar sebagai tuan rumah Munas, ungkap Tony, dikarenakan ada keterkaitan sejarah dengan HPK.
"Sejarah organisasi penghayat kepercayaan ini di Karanganyar. Tahun 1947, saat Eyang Wongso mengadakan musyawarah penghayat di Karanganyar,"ujarnya.***
Editor : Ditya Arnanta