Salah satunya melalui Media Sosial yang saat ini begitu mendominasi di era milinial ini.
“Media sosial menjadi sarana ampuh untuk meliterasi budaya pada generasi muda. Sehingga budaya ini terus berkembang dan tidak hilang,” tambahnya.
Sementara Salah satu anggota Komunitas Damar Seseluh (Komunitas budaya), Kustawa Esye menyambut baik majelis mocopatan ini.
Pasalnya, ini kajian ini melibatkan beberapa komunitas misalnya, menulis, unggah-ungguh Bahasa, komunitas music jawa dan lain sebagainya.
Langkah nyata ini diharapkan dapat memberikan andil bagi lestarinya budaya dan ada istiadat jawa.
“Intinya, kami berpikir bagaiman anak-anak muda tahu tentang budaya yang berkembang dijawa. Tugas kami budaya ini tetap lestari dan anak-anak muda mengetahui kandungan filosofinya,” imbuh Kustawa Esye.
Ditambahkan, Margono, salah satu komunitas pembaca acara berbahasa jawa menyambut baik kajian majelis mocopatan.
Sebab, Bahasa jawa ini mempunyai kosokata hampir 65 ribu. MIsalnya makan, ada istilah jawa ndhahar, Nedo, ngutal, nyekek, dan lain sebagainya. Kosokata 65 ribu perlu dibukukan agar tidak hilang atau hanya sekedar cerita dihari nanti.***
Editor : Ditya Arnanta