JAKARTA, iNewskaranganyar.id - Gunung Kerinci merupakan gunung tertinggi di pulau Sumatra dan gunung berapi tertinggi di Indonesia. Gunung Kerinci terletak di perbatasan Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat, di Pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 3.805 mdpl.
Gunung ini juga menjadi batas antara wilayah Suku Kerinci dengan Etnis Minangkabau yang dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat, yang merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra. Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovolkano yang masih aktif hingga saat ini.
Pada puncak Gunung Kerinci, dapat melihat di kejauhan membentang pemandangan indah Kota Jambi, Kota Padang, dan Kota Bengkulu, bahkan Samudra Hindia yang luas dapat terlihat dengan jelas.
Gunung Kerinci memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat Rawa Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatra. Di belakangnya terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang hampir tak tersentuh.
Terlepas dari itu ada salah satu kisah mistis yang menyelimuti gunung Kerinci. Yakni misteri keberadaan Uhang Pandak yang menghuni Taman Nasional Kerinci, Seblat, Sumatera.
Uhang Pandak (orang pendek) begitu warga setempat menyebutnya. Uhang Pandak atau sejenis hantu jadi-jadian, merupakan misteri yang hingga hari ini belum dapat diungkapkan. Bahkan, sebagian orang menganggap keberadaannya hanya legenda.
Tidak ada seorang pun yang tahu sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai Uhang Pandak (orang pendek) itu. Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini.
Mitos tentang Uhang Pandak di Gunung Kerinci bahkan terdengar di telinga seorang peneliti asal Inggris Debbie Martyr. Debby yang mendengar kisah Uhang Pandak pada 1989, akhirnya melihat sendiri makhluk tersebut di wilayah Gunung Kerinci pada 30 September 1994.
Debbie yang bernama lengkap Deborah Martyr, melihat makhluk tersebut sedang berjalan dengan tenang menggunakan kedua kakinya. Setelah berjalan beberapa puluh meter, makhluk itu berhenti sebentar, menoleh ke Debbie, lalu menghilang di dalam hutan.
Editor : Ditya Arnanta