Maka diam-diam dia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar). Lalu dihidangkannya kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata:
"Mengapa tidak kamu makan". Maka dia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. Kemudian mereka berkata: "Janganlah kamu takut". Dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang alim (Ishak)." (QS Az-Zariyat 24-28)
Para Nabi merupakan suri tauladan bagi para saudagar dan pengusaha
Mereka tidak pernah kekurangan harta. Para Nabi juga tak pernah mengambil harta benda kaumnya. Sebagian diberi kerajaan, istana-istana yang megah dan harta benda melimpah sebagaimana Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud. Atau Nabi Ayyub sebelum diuji dengan sakitnya.
Nilai Kekayaan Nabi Ibrahim Allah berkehendak memuliakan Nabi dan Rasul-Nya, salah satunya dengan nikmat harta.
Jika kita menghitung harta kekayaan Nabi Ibrahim yang mencapai 12.000 ekor ternak tentu ini sangat menakjubkan. Harta tersebut tergolong sangat banyak di zamannya.
Disebutkan, Nabi Ibrahim memiliki 1.000 ekor domba. Jika kita hitung nilainya, harga domba saat ini berkisar Rp1,5 juta-Rp3 juta. Kita ambil harga pertengahan Rp2 juta. Maka nilai domba Nabi Ibrahim 1000 ekor x Rp2 juta = Rp2 Miliar.
Kemudian Nabi Ibrahim memiliki 300 ekor lembu. Harga lembu bobot 300 Kg Rp18 juta, sedangkan bobot 375 kg Rp25 juta. Kita ambil kisaran harga Rp20 juta dikali 300 ekor. Maka lembu Nabi Ibrahim bernilai Rp6 Miliar.
Selanjutnya Nabi Ibrahim memiliki 100 ekor unta. Harga 1 ekor unta di Timur Tengah jika dirupiahkan Rp33 juta (berat 325 Kg). Maka unta milik Nabi Ibrahim bernilai 100 x Rp33 Juta = Rp3,3 Miliar.
Jika seluruh ternak di atas ditotalkan maka nilainya Rp11,3 Miliar. Lalu, bagaimana dengan 12.000 ekor ternak milik Nabi Ibrahim? Jika ternak sebanyak ini dirupiahkan mungkin nilainya mencapai ratusan Miliar.
Pengorbanan Luar Biasa
Suatu hari, Nabi Ibrahim ditanya oleh seseorang. "Milik siapa ternak sebanyak ini?" Beliau menjawab: "Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya.
Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga."
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur'an menerangkan, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian.
Yaitu Allah menguji iman dan takwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang benar, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur'an menerangkan, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian.
Yaitu Allah menguji iman dan takwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang benar, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Anak yang elok rupawan dan sehat itu pun dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh mengerikan! Peristiwa ini diabadikan Allah dalam Al-Qur'an:
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Ibrahim berkata: 'Hai anakkku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu 'maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS Ash-Shaffat : 102)
Nabi Ibrahim memantapkan niat dan tekadnya. Nabi Ismail pun pasrah seperti tawakkal ayahnya. Saat pisau hendak digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firman-Nya menyuruh menghentikan perbuatannya. Allah meridhai pengorbanan dan kepasrahan keduanya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an :
وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ
Artinya: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. Ash-Shaffat Ayat 107)
Ismail yang semula dijadikan kurban untuk menguji ketaatan Nabi Ibrahim, diganti Allah dengan seekor domba besar yang putih bersih dan tidak ada cacatnya.
Peristiwa penyembelihan kambing oleh Nabi Ibrahim ini menjadi dasar ibadah kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah, dilanjutkan oleh syariat Nabi Muhammad. Ibadah kurban ini dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha.
Inilah ujian dan pengorbanan yang luar biasa. Buah dari kesabaran Nabi Ibrahim ini membuatnya dianugerahi "Khalilullah" atau kekasih Allah.
Peristiwa ini tentu layak kita jadikan pelajaran berharga. Jangankan mengurbankan anak, memotong sebagian harta untuk berkurban kita masih banyak berfikir.
Memotong 2,5% harta untuk zakat kita masih keberatan. Begitu juga mengorbankan waktu sejenak untuk sholat berjamaah di masjid kita masih merasa berat. Semoga Allah memberi kita hidayah dan taufik-Nya. Aamiin!
Editor : Ditya Arnanta