get app
inews
Aa Text
Read Next : Resmi, Gibran Ajukan Surat Pengunduran Diri Sebagai Walikota Solo Kepada DPRD Solo 

Menelusuri Kota Tua Solo, Kota Moderen Bergaya Khas Etnis Hingga Eropa

Minggu, 19 Juni 2022 | 06:30 WIB
header img
Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu segitiga emas Kota Tua Solo (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)

Senada dengan yang diutarakan Gusti Moeng, pengamat Arsitektur dari Universitas Sebelas Maret Dr.Eng Kusumaningdyah mengatakan Kota Tua di Solo sangat berbeda dengan Kota Tua yang ada di Jakarta atau pun di Semarang.

"Dengan Semarang yang dekat saja misalnya, Kota Tuannya sangat berbeda. Kalau di Semarang,orang sudah pasti tahu dimana itu letak Kota Tuannya. Tapi kalau di Solo, orang masih bingung di mana Kota Tuanya berada,"papar perempuan yang biasa disapa Ruly belum lama ini.


Kota Tua Solo (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)

Kenapa demikian, karena, ungkap Ruly, keberadaan Kota Tua di Solo ini letaknya menyebar. Dan hampir diseluruh wilayah Solo, Kota Tua itu ada. Menurut Ruly, keberadaan dua Kerajaan di Solo, Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran memiliki andil besar yang mendorong keberadaan Kota tua, baik dari sisi arsitektur maupun tata letak jauh lebih moderen dibandingkan dengan daerah lainnya.

"Lihat saja sepanjang jalan Jenderal Sudirman, masih berdiri bangunan-bangunan kuno, seperti kantor BI, Beteng Vastenburg dan Pasar Gede. Disitulah segi tiga emasnya Solo sampai sekarang,"paparnya. 

"Baik untuk perekonomian dan pemerintahan. Dari sisi penataan, segi tiga emas itupun sudah jauh moderen dibandingkan daerah lainnya. Dari arsitekturnya, didaerah lain belum tersentuh arsitekut eropa, tapi di Solo, sentuhan arsitektur eropa sudah ada,"imbuhnya.


Pengamat Arsitektur dari Universitas Sebelas Maret Dr.Eng Kusumaningdyah (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)

Bahkan dari penataan zona perekonomiannya, Solo lebih ungguh dari Kota lainnya. Dimana, daerah lainnya belum memikirkan tata letak zona perekonomian dan pemerintahan, namun di Solo, penataan itupun sudah dilakukan.

Ini terlihat dari terhubungnya antara Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran dan Benteng Vastenburg yang kala itu memang didirikan untuk memantau segala pergerakan dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegara.

"Kalau di daerah lain, seperti Semarang misalnya, Klauster Kota Tua kebanyakan dekat dengan Pelabuhan. Dan banyak dibangun gedung yang cukup besar untuk menarik masyarakat untuk datang, tapi kalau di Solo tidak. Di Solo, peran sungai Bengawan Solo dan Keraton yang mendominasi tidak terbentuknya Klauster Kota Tua. Karena mayoritas, masyarakat memilih tinggal di dekat sungai atau Kraton,"terangnya.

Editor : Ditya Arnanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut