Desa Mojoroto, Pusat Militer Mangkubumi Hingga Saksi Bisu Pecah Kongsi dengan Pangeran Sambernyawa

Bramantyo
Sendang Bejen Mojoroto Mojogedang Karanganyar lokasi yang kerap disinggahi Pangeran Sambernyawa

Kesimpulan penelusuran jejak kesejarahan yang ia dapatkan bahwa sebelum era Pangeran Sambernyawa, Pangeran Mangkubumi terlebih dahulu mendirikan basis militer di Mojoroto untuk memburu Tumenggung Martopuro dan Pangeran Sambernyawa yang kala itu lebih awal melakukan pemberontakan sebelum Pangeran Mangkubumi.

"Ada satu catatan penting dalam konteks bahwa Mojoroto adalah desa wisata berbasis religi dan sejarah memang sangat tepat. Karena di Mojoroto dua tokoh superior Tanah Jawa, yaitu Pangeran Sambernyawa dan Pangeran Mangkubumi sama - sama mengalami pengalaman spiritual yang sangat hebat. Pangeran Mangkubumi membuat pesanggrahan dan berdiam di sini, kemudian merasakan sebuah ketenangan. Begitu juga dengan Pangeran Sambernyawa," terang Dani.  

Catatan penting lainnya ditemukan dalam Babad Panambangan yang juga menyinggung mengenai jejak perjuangan Pangeran Sambernyawa di Mojoroto sebelum mendirikan Praja Mangkunegaran.

Dalam manuskrip kuno tersebut, juga termaktub bahwa Pangeran Sambernyawa melakukan meditasi dan laku prihatin di Sendang Bejen bahkan membangun sebuah pesanggrahan hingga mengolah kemampuan para prajuritnya dengan berlatih jemparingan atau memanah.

"Maka, bukan tidak mungkin apabila jemparingan bisa dihadirkan kembali dan menjadi aset bagi Desa Mojoroto kelak. Karena secara kesejarahan ada fakta bahwa dulu tempat ini juga dipakai untuk latihan memanah oleh para laskar Pangeran Sambernyawa pada masanya," kata Dani. 

Dijelaskan lebih lanjut, termuat dalam catatan arsip Belanda, ditemukan juga sebuah keunikan bahwa untuk mengobarkan semangat tempur para prajuritnya, Pangeran Sambernyawa selalu membawa dan menabuh gamelan carabalen setiap kali mennyambut musuh di medan perang.

"Ketika dalam suasana damai, Pangeran Sambernyawa adalah seorang yang mahir dalam bahasa Arab. Bahkan pada masa itu, beliau juga mampu menyalin dan menerjemahkan Al Quran,"terangnya.

"Maka, ketika kita bicara tentang konteks Pangeran Sambernyawa, jangan hanya berpikir bahwa beliau adalah hanya seorang ahli perang, tetapi beliau juga seorang sosok Muslim yang sangat taat. Inilah satu sisi religius dari Pangeran Sambernyawa yang sering terlupakan," imbuhnya.

Temuan penting lainnya terkait Mojoroto adalah mengenai konteks penetapan jumlah anggota pasukan inti atau pasukan khusus Pangeran Sambernyawa semasa awal perjuangannya. 

"Sampai sekarang, di Puro Mangkunegaran angka 40 menjadi angka yang sakral. Bukan berarti klenik, melainkan ini adalah suatu strategi, dimana anggota resimen atau pasukan khusus Pangeran Sambernyawa adalah selalu tak kurang dari 40 orang. Penetapan jumlah pasukan ni diadopsi secara filisofis dari Macapat. Ini yang kemudian diaplikasikan oleh Pangeran Sambernyawa ke dalam dunia militer dan terbukti tangguh," jelasnya.

Editor : Ditya Arnanta

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network