Bahkan ia harus kesulitan ketika mencari kuliner khas Indonesia, semisal nasi padang. Bila ada pun harganya tergolong mahal di harga 25 dolar atau Rp 400 ribuan, bila dirupiahkan.
Apalagi kepopuleran kuliner Indonesia di luar negeri masih kalah dibandingkan dengan kuliner negara Asia lain seperti patai darı Thailand, atau kimchi dari Korea Selatan.
"Makanya mereka ini yang menjadi tantangan untuk 15 ribu peserta, ayo kita ramai-ramai cari menu apa yang diterima sama orang Indonesia, tapi juga sama orang mancanegara, tapi harus pakai bahan pangan yang sudah hampir terlupakan, supaya orang interest lagi," jelasnya.
Dimana para para peserta pelaku kuliner ini akan mengolah hidangan dari bahan pangan yang mulai susah didapat.
Jika di Malang raya, apel memang menjadi hal yang mulai sulit ditemukan, karena alih fungsi lahan perkebunan, dan keuntungan perkebunan apel yang merosot.
"Jadi disitu yang aku ngerasa aku pengen membantu bikin Indonesia makin maju dengan pengalamanku di luar. Misi dari Opaper App untuk membawa pemenang dan hidangan ikonik ke luar negeri, berkolaborasi dengan pelaku industri internasional," kata dia.
Terlebih kata Joana dari risetnya, ternyata ada beberapa bahan pangan yang mulai sulit didapat di tengah perubahan gaya hidup, dan bertambahnya penduduk.
Satu dari sekian yang terdampak itu apel. Makanya olahan produk apel perlu terus dikembangkan, salah satunya dengan minuman apel celup, yang diproduksi pabrik di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini.
"Ternyata apel itu sudah sangat-sangat susah dicari ya kan. Jadi kita pengen kenapa nih kalau misalnya apelnya hilang nanti Batu dipanggilnya kota apa dong. Jadi kita pilih emang daerah-daerah yang kulinernya itu bisa dimajukan, sudah maju tapi bahan pangannya itu sudah makin menurun interestnya," tandasnya.***
Editor : Ditya Arnanta