MALANG, iNewskaranganyar. id - Anas Urbaningrum, tokoh politik sekaligus Ketua Umum (Ketum) Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) berdiskusi dengan puluhan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB).
Diskusi dengan para mahasiswa ini membahas sejumlah persoalan isu negara, hingga sosial, yang dihadapi saat ini.
Menurutnya, ia memang kangen berdiskusi dan mengobrol ala-ala kampus yang membicarakan substansi kenegaraan dengan sehat.
Apalagi di tengah kondisi demokrasi di Indonesia yang saat ini tidak baik-baik saja. Maka kegiatan bertajuk "Mimbar Akademis : Mengawal Demokrasi yang Bersih dan Beradab".
"Demokrasi kita belum pernah sehat, setiap etape tugas para pejuang demokrasi makin membuat demokrasi lebih sehat, kalau demokrasi kita tidak sehat itu tidak mengejutkan, hanya ada fluktuasi. Maka kampus itu lingkungannya harus tetap awas dan terjaga, perbincangan ini untuk menjaga kewarasan publik. Jadi ini kangen-kangenan ngobrol di kampus," ucap Anas Urbaningrum, pada Jumat (27/9/2024).
Ia pun mendorong agar perguruan tinggi (PT) atau kampus bisa mengedukasi masyarakat luas, agar tetap berbicara politik. Meski belakangan ini kampus sempat membisu, karena menganggap negara masih baik-baik saja.
"Jadi semacam memberikan cek kosong, karena negara dianggap diurus orang-orang baik, tapi realitasnya kan ada yang baik dan tidak baik. Kampus harusnya tidak boleh bisu dalam keadaan apapun," jelasnya.
"Tapi ya ini bagian dari proses menempatkan diri, kampus menempatkan diri dalam dinamika berbangsa dan bernegara. Poin saya dalam keadaan apapun kampus itu salah satu entitas yang mesti terjaga dan terlibat dan senantiasa bersuara," imbuhnya.
Makanya ketika para guru besar mulai turun gunung menyuarakan suara keresahan, maka mantan Ketum Partai Demokrat ini berarti tidak lagi baik-baik saja. Hal ini yang disebut Anas, perguruan tinggi masih menjadi barometer mengukur kualitas demokrasi.
"Padahal kalau negara diawasi, kalau di negara demokrasi, kalau diawasi terus yang hasilnya baik itu akan lebih baik lagi. Jadi ini harus menghadirkan pembelajaran dan hikmah," tukasnya.***
Editor : Ditya Arnanta