get app
inews
Aa Read Next : Menkopolhukam Sebut Hari Ketiga Kampanye Pilkada Serentak di Seluruh Indonesia Berjalan Kondusif 

Kompetisi Olahan Kuliner Khas Indonesia Berbahan Apel Batu yang Mulai Langka 

Sabtu, 28 September 2024 | 20:23 WIB
header img
Kompetisi Olahan Kuliner Khas Indonesia Berbahan Apel Batu yang Mulai Langka 

KOTA BATU, iNewskaranganyar.id - Sebuah aplikasi kuliner memperkenalkan apel sebagai bahan pangan untuk diolah menjadi makanan dan minuman.

Bahan apel ini dipilih karena dinilai sudah susah didapat dan komoditas yang mulai jarang ditanam oleh masyarakat Kota Batu.

Bertajuk CERIA cerita dan rasa kuliner Nusantara, kegiatan ini juga diiringi dengan menjelajah sejumlah tempat wisata - wisata ikonik di Kota Malang dan Kota Batu, sejak Rabu (25/9/2024) dan Kamis lalu.

Berbagai kuliner khas Malang raya seperti surabi imut, ronde titoni, hingga lokasi kuliner bersejarah Toko Oen, menjadi bagian dari perjalanan kuliner di Malang raya. 

Puncaknya di hari Sabtu (28/9/2024) dengan acara talk show dan cipta rasa kuliner atau mengolah bahan pangan darı produk apel.

Kegiatan ini diadakan di sebuah tempat pabrik apel celup yang dikemas menarik. Di sini para penikmat kuliner diajak berkeliling area pabrik dan perkebunan apel yang ada di sekitar lokasi pabrik, tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro RT 4 RW 1 Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Pendiri Opaper App Joanathan McIntosh mengungkapkan, kompetisi olahan kuliner ini melibatkan 15 ribu lebih dari pelaku usaha kuliner darı restoran, kafe, dan hotel di seluruh Indonesia.

Dimana Malang dipilih darı empat kota di Indonesia yakni Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta yang diadakan jelajah rasa kuliner, termasuk berdiskusi tentang masa depan, tren global, dan pejuang ekspor kuliner nasional, serta acara puncak kompetisi cipta rasa darı bahan pangan yang hampir punah, supaya bisa mengenalkan kuliner khas masing-masing daerah ke dunia internasional.

"Aku punya keluarga di sana. Selama 10 tahun terakhir itu aku kerja di sana sebagai produk lead. Ngebangun produk di bidang Artificial Intelligence. Dan pada saat aku pulang ke Indonesia, Aku merasa di Indonesia ini butuh bantu-lah. Kita pengen Indonesia itu makin terkenal di luar negeri, semua orang tahu. Dan perekonomian Indonesia juga makin sehat," paparnya.

Joana, sapaan akrabnya menyebut, selama ia tinggal di Amerika Serikat, kuliner Indonesia memang belum terlalu mendunia.

Bahkan ia harus kesulitan ketika mencari kuliner khas Indonesia, semisal nasi padang. Bila ada pun harganya tergolong mahal di harga 25 dolar atau Rp 400 ribuan, bila dirupiahkan.

Apalagi kepopuleran kuliner Indonesia di luar negeri masih kalah dibandingkan dengan kuliner negara Asia lain seperti patai darı Thailand, atau kimchi dari Korea Selatan.

"Makanya mereka ini yang menjadi tantangan untuk 15 ribu peserta, ayo kita ramai-ramai cari menu apa yang diterima sama orang Indonesia, tapi juga sama orang mancanegara, tapi harus pakai bahan pangan yang sudah hampir terlupakan, supaya orang interest lagi," jelasnya.

Dimana para para peserta pelaku kuliner ini akan mengolah hidangan dari bahan pangan yang mulai susah didapat.

 Jika di Malang raya, apel memang menjadi hal yang mulai sulit ditemukan, karena alih fungsi lahan perkebunan, dan keuntungan perkebunan apel yang merosot.

"Jadi disitu yang aku ngerasa aku pengen membantu bikin Indonesia makin maju dengan pengalamanku di luar. Misi dari Opaper App untuk membawa pemenang dan hidangan ikonik ke luar negeri, berkolaborasi dengan pelaku industri internasional," kata dia.

Terlebih kata Joana dari risetnya, ternyata ada beberapa bahan pangan yang mulai sulit didapat di tengah perubahan gaya hidup, dan bertambahnya penduduk.

Satu dari sekian yang terdampak itu apel. Makanya olahan produk apel perlu terus dikembangkan, salah satunya dengan minuman apel celup, yang diproduksi pabrik di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini.

"Ternyata apel itu sudah sangat-sangat susah dicari ya kan.  Jadi kita pengen kenapa nih kalau misalnya apelnya hilang nanti Batu dipanggilnya kota apa dong. Jadi kita pilih emang daerah-daerah yang kulinernya itu bisa dimajukan, sudah maju tapi bahan pangannya itu sudah makin menurun interestnya," tandasnya.***

Editor : Ditya Arnanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut