Sulardiyanto menceritakan awal mula ritual Mondosiyo. Menurut dia, Mondosiyo berasal dari cerita rakyat setempat. Alkisah Dusun Pancot dikuasai raksasa jahat pemangsa manusia, Prabu Boko.
Raja lalim itu takluk kepada Pangeran Putut Tetuko melalui pertempuran sengit. Singkat cerita, Pangeran Putut Tetuko memenggal dan melemparkan kepala raksasa (Prabu Boko) ke batu. Lantas batu ini dikeramatkan warga dan dikenal sebagai batu gilang.
Sulardiyanto menceritakan bahwa Mondosiyo terus dilaksanakan meskipun kondisi warga paceklik. Sejumlah warga menyimpan doa saat menyerahkan ayam untuk upacara adat. Seperti dilakukan Jiman, 40.
“Nazar supaya doa terkabulkan. Saya membawa ayam dua ekor. Saya berdoa semoga orangtua saya sehat dan lekas sembuh dari sakitnya,” ujar dia.***
Editor : Ditya Arnanta