Namun, mengingat nama Marapi berasal dari dialek Mignangkabau kuno yang berarti “Gunung Api”, nampaknya kompleks gunung berapi ini telah sangat aktif selama ribuan tahun.
2. Daya Erupsi Lebih Kuat
Letusan Gunung Marapi telah memakan banyak korban jiwa antara tahun 1975 dan 1992. Pada tahun 1979, curah hujan yang tinggi menggeser material vulkanik yang tidak stabil sehingga menyebabkan tanah longsor di sisi utara dan timur Marapi ke lima desa dan menewaskan 80 orang. Letusan pada tahun 2000 mengirimkan abunya beterbangan sejauh 3 km ke langit yang kemudian jatuh ke bumi sejauh 350 km. Setahun kemudian, letusan lain menyebabkan abu melayang sejauh 6 km ke langit.
Sedangkan letusan Gunung Merapi terjadi pada tahun 1786, 1822, 1872, 1930, dan 1976. Hampir separuh letusan Merapi disertai aliran piroklastik, atau nuées ardentes, yaitu awan gas super panas dan partikel padat pijar. Pada letusan 22 November 1994, pelepasan aliran piroklastik menewaskan 64 orang. Serangkaian letusan gunung berapi pada akhir tahun 2010, termasuk aliran piroklastik, menewaskan banyak orang, melukai puluhan lainnya, dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari daerah tersebut.
3. Punya Jalur Pendakian Berbeda
Gunung Marapi memiliki rute pendakian yang unik. Terdapat beberapa sumber air alami di sisi bawah, area perkemahan dan beberapa tempat berlindung bagi pejalan kaki di sepanjang jalur. Pada ketinggian sekitar 1.700 m, jalan setapak tersebut terbagi menjadi punggung bukit dan vegetasi mulai menipis sehingga memperlihatkan pemandangan indah melintasi lembah Agam hingga Gunung Singgalang di barat dan Bukittinggi di bawahnya.
Sedangkan Gunung Merapi punya banyak rute yang banyak. Apalagi, Merapi mempunyai tempat tersendiri dikalangan pecinta alam. Mencapai puncak Garuda dengan ketinggian ± 2980 di atas permukaan laut merupakan suatu kesenangan dan kebanggaan tersendiri.
Editor : Ditya Arnanta