Kegiatan bertajuk ‘Bina Karakter’ ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang mandiri dan disiplin, serta lebih bijak dalam penggunaan gadget dan menyayangi orangtua.
Bertempat di Rumah Revolusi Mental Wahana Cipta Sinatria (WCS), Sumber Bulu, Desa Pendem, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, selama dua hari (4-5 November 2022), mereka mendapatkan banyak pengalaman dan nilai-nilai positif.
Anak-anak diajak bonding dengan berbagai permainan kelompok yang menyenangkan (Foto: iNewskaranganyar.id/Didik Kartika)
Jalan-jalan malam
Di samping itu, kegiatan pendukung seperti jalan-jalan malam justru membawa cerita-cerita yang seru buat anak-anak.
Anak-anak bercerita tentang pengalaman-pengalaman seru selama jalan-jalan malam. Mereka diajak para pembimbing menyusuri perkampungan desa yang tenang, melewati areal sawah, perkebunan desa hingga melintasi pemakaman desa.
Berbekal lampu senter yang dibawa masing-masing anak, mereka berjalan berkelompok. Karena baru pertama kali berjalan tanpa didampingi orangtua, banyak yang bercerita bahwa mereka ada yang perasaannya dag dig, ada yang bergandengan erat dengan teman kelompoknya, ada pula yang santai tanpa beban.
Dengan didampingi para pengawas yang berpengalaman, anak-anak mengaku senang berpetualang di malam hari. Hal itu terlihat dari banyaknya cerita ke orang tua mereka masing-masing.
Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur St. Timotius, Marsono Adi kepada iNews menyampaikan, kegiatan tersebut memang untuk memberikan pengalaman mental yang positif bagi anak-anak.
Bonding permainan juga dilakukan selama sesi 2 hari tersebut. Makan bersama dengan sayur dan lauk sederhana tak membuat anak-anak mengeluh, tapi justru terbawa keakraban.
Tradisi membangun mental anak yang pemberani, bertanggjawab dan disiplin, memang menjadi agenda rutin setiap tahun untuk anak-anak kelas 5 SD.
Kirim ‘Surat Cinta’
Para orangtua murid mengaku senang dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Terlebih ketika pada tengah malam, anak-anak diminta mengirimkan ungkapan permintaan maaf dan ungkapan mencintai orangtua mereka masing-masing.
Tak ayal, kiriman melalui WhatsApp (WA) tersebut, membuat banyak orangtua menangis terharu.
Istilah ‘surat cinta’ dari anak-anak menjadi trending bahasan yang ramai di grup-grup orangtua murid.
Surat cinta itu ditulis pada tengah malam dan langsung dikirimkan ke orangtua mereka di rumah. Kalimat yang polos dari anak-anak yang ingin meminta maaf atas kesalahan-kesalahan mereka selama ini, tidak bisa membendung rasa haru setiap orangtua yang menerima kiriman tersebut melalui pesan WA.***
Editor : Ditya Arnanta