KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Kepala Sub Koordinator Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Sri Winarno sebut hingga bulan September ditemukan sekitar 600 kasus positif tuberkulosis (TB).
Menurutnya kasus tuberkulosis (TB) di Kabupaten Karanganyar masih jauh dari target. Dimungkinkan kasus TB di lapangan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang terdata.
"Sehingga dibutuhkan peran dan kerja sama dokter praktik dan rumah sakit swasta untuk melaporkan kasus TB," paparnya, Senin (31/10/2022).
Saat konferensi pers Upaya Kolaborasi Penanggulangan TB Karanganyar yang diadakan Sub-Sub Recipient (SSR) Mentari Sehat Indonesia (MSI) Karanganyar, Sri Winarno sampaikan dengan rumus penghitungan tertentu, di Karanganyar pada 2022 seharusnya ditemukan 1.800 kasus positif. Tapi sampai bulan September baru sekitar 600 kasus.
“Di Karanganyar untuk menemukan terduga dan kasus TB masih jauh dari target," lanjutnya.
Ditambahkan Sri Winarno, penanggulangan TB tersebut harus dilakukan dengan strategi. Salah satunya harus menemukan sebanyak-banyaknya terduga TB atau orang yang memiliki gejala klinis TB.
"Misalnya batuk-batuk, berdahak, demam, malam hari berkeringat meski tidak beraktivitas, dan berat badan berkurang," imbuhnya.
Untuk menemukan terduga sebanyak-banyaknya ini harus melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Seperti amanat Undang-Undang Kesehatan bahwa kesehatan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja.
"Namun juga tanggungjawab pihak swasta/dunia usaha, dan masyarakat, baik individu atau organisasi,” imbuhnya.
Sementara itu upaya untuk menemukan pasien penyakit menular ini dilakukan dengan dua strategi. Pertama penemuan aktif melalui tenaga kesehatan yang langsung memeriksa masyarakat/kelompok di pusat keramaian atau berkumpulnya orang-orang, termasuk misalnya pondok pesantren.
"Kedua, penemuan pasif yaitu dengan melakukan skrining di fasilitas kesehatan, baik dokter praktik, klinik, rumah sakit, puskesmas," lanjutnya.
Setelah ditemukan mereka yang terduga TB, akan dilakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa. Jika positif, maka akan diintervensi dengan pengobatan secara rutin dan lengkap.
Selain itu, bagi yang berkontak erat dengan pasien juga akan dilakukan investigasi kontak. Bagi yang bergejala klinis TB langsung dilakukan pemeriksaan dan pengobatan.
“Untuk penyakit menular, semakin banyak ditemukan kasus maka lebih baik. Artinya, orang yang berpotensi menularkan TB ini bisa diobati sehingga tidak menularkan kepada orang lain,”jelasnya.
Kolaborasi
Sementara itu Ketua DPRD Bagus Selo yang hadir sebagai pembicara mengatakan upaya kolaborasi penanggulangan TBC dilakukan melalui wajib notofikasi baik layanan swasta maupun pemerintah.
"Harapannya dengan terlaporkannya kasus tersebut, dapat dilakukan Investigasi Kontak atau tracing lebih maksimal,"ungkapnya.
Ia mengatakan pelaksanaan investigasi Kontak dan edukasi masyarakat untuk datang ke layanan kesehatan dalam rangka melakukan pemeriksaan tersebut dilakukan oleh Mentari Sehat Indonesia Karanganyar, melalui peran serta kader MSI di wilayah puskesmas masing-masing.
"MSI Karanganyar sebagai representasi masyarakat yg sadar terhadap tuberkulosis. Dalam bergerak tentunya membutuhkan dukungan dari multi sektoral.
Hal ini bertujuan untuk optimalisasi kolaborasi dalam penanggulangan TBC di Karanganyar,"ungkapnya.
Senada Ketua SSR MSI Karanganyar, Darsi, berharap adannya peran aktif masyarakat bila menemukan penyakit TB. Carannya melaporkannya pada puskesmas terdekat.
Selain itu, pihaknya juga berharap para dokter praktik dan pusat kesehatan swasta berperan dalam pelaporan kasus, agar TB bisa segera ditangani.
“Kami berharap melalui media bisa membantu MSI Karanganyar, untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa rumah sakit swasta dan dokter bisa ikut aktif dalam penemuan penyakit TB dan kemudian dilaporkan ke Dinkes. Sekarang sudah berjalan tapi kurang maksimal,”terangnya.***
Editor : Ditya Arnanta