SOLO, iNewskaranganyar. id - Puncak peringatan pergantian Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijiriah digelar Keraton Kasunanan Surakarta, dengan ditandai dikirabnya tujuh ekor kerbau pusaka milik Keraton Kasunanan Surakarta.
Pantauan iNewskaranganyar. id Minggu 7 Juli 2024, tepat pukul 23.30 WIB, tujuh ekor kerbau dari 11 ekor kerbau pusaka yang semula hendak dikirab, milik Keraton yang biasa dikenal masyarakat Jawa kerbau bule, sudah berada di depan Keraton Kasunanan.
Bagaikan seorang selebriti, tujuh ekor kerbau menjadi sorotan masyarakat yang memang telah menunggu sejak sore.
Meski barisan kerbau ini sudah bersiap didepan Kraton, jalannya kirab pergantian Tahun Baru Islam belum juga dimulai.
Pasalnya, perintah dari Raja Kraton Kasunanan, Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi menandai berangkatnya kirab benda-benda pusaka menandai pergantian Tahun Baru Islam 1440 Hijriah belum juga diberikan.
Belum adannya perintah dari Raja, terlihat pintu utama Keraton, Kamandungan Lor masih tertutup rapat.
Tepat pukul 23.38 WIB pintu utama Keraton, Kamandungan Lor pun dibuka. Aparat keamanan yang berjaga, harus ekstra keras mencegah massa maju. Sebab, saat pintu Kamandungan dibuka, massa pun bergerak maju.
Terlihat massa yang tak bisa mengambil kotoran kerbau karena banyaknya orang yang berkumpul,nekat mengambil janur kuning yang terpasang di dinding Keraton. Mereka meyakini berkah, bagi yang bisa mendapatkan janur.
Setelah menunggu, akhirnya sekira pukul 23.47 WIB, iring-iringan prajurit serta abdi dalem pun keluar dari dalam Keraton.
Diawali berjalannya tujuh ekor kerbau disusul barisan prajurit serta para abdi dalem berjalan membelah massa yang berkumpul.
Diikuti barisan pembawa panji-panji kebesaran Keraton serta lampu tintir-tintir atau lentera di belakangnya.
Dibelakangnya berjalan barisan abdi dalem membawa kotak berisi benda-benda pusaka Keraton. Terpantau ada 20 kotak dibawa dalam kirab oleh para Abdi Dalem.
Putri Raja Pakubuwono ke XII Gusti Kanjeng Ratu Wandansari, lebih akrab dengan nama panggilan Gusti Moeng mengatakan penentuan waktu kirab didasarkan pada perhitungan Sultan Agung yang menggabungkan kalender tahun Hijriah dan Tahun Saka.
"Perhitungan tersebut kadang bisa bersamaan dengan Masehi namun bisa juga terdapat selisih sehari. Nah, kebetulan untuk tahun ini, kirab dilakukan Minggu Malam," jelas Gusti Moeng di Keraton Kasunanan, Minggu 7 Juli 2024.
Menurut Gusti Moeng, dipilihnya tujuh ekor kerbau peninggalan PB II ini dikarenakan hanya ketujuh ekor kerbau inilah yang sudah terbiasa menghadapi kerumunan massa. Sedangkan kerbau lainnya belum terbiasa. Sehingga dikhawatirkan mengamuk saat dikirab.
"Ada dua kerbau yang tidak ikut dikirab karena usiannya sudah tua. Sedangkan lainnya masih tergolong muda. Sehingga dikhawatirkan mengamuk karena belum terbiasa menghadapi kerumunan massa," jelasnya.
Sementara itu adanya kirab 1 Suro yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta, terjadi penumpukan kendaraan di beberapa titik. Terpantau aparat Kepolisian Polresta Surakarta sibuk mengatur arus lalu-lintas.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait