Puluhan Aktivis Serta Tokoh Pro Demokrasi di Solo Serukan Lawan Politik Amoral

Bramantyo
Puluhan aktivis dan tokoh pro demokrasi lintas generasi yang tergabung dalam Solo Melawan Politik Amoral (Sempal) memberikan respon terhadap perkembangan situasi politik menjelang Pemilu 2024 (Foto: Ist)

SOLO, iNewskaranganyar.id - Puluhan aktivis dan tokoh pro demokrasi lintas generasi yang tergabung dalam Solo Melawan Politik Amoral (Sempal) memberikan respon terhadap perkembangan situasi politik menjelang Pemilu 2024.

Mereka menyerukan kepada masyarakat untuk tidak memilih pasangan Capres dan Cawapres 2024 yang berpolitik dinasti dan pelanggar HAM berat.

Dalam pernyataan sikap yang disampaikan Rahadi selaku Koordinator Sempal, menyebut bahwa selama beberapa bulan terakhir masyarakat telah disuguhi akrobat politik oleh Presiden Jokowi. 

Sempal menganggap Jokowi abai terhadap moral dan etika politik karena melakukan berbagai cara demi menjadikan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai penerus kekuasaannya.

Puncaknya, adalah mengganti aturan Pemilu melalui Mahkamah Konstitusi hingga Gibran bisa lolos sebagai cawapres. 

"Artinya, dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat kita disuguhi tindakan tanpa moral dan etika dalam kehidupan politik yang secara terselubung mengarah pada kejahatan dengan mengkhianati Pancasila dan UUD 45. Kita ketahui bersama, Negara Indonesia berbentuk Republik, dan telah meninggalkan Negara Kerajaan sejak 1945. Namun, demi kepentingan keluarga dan kelompok tertentu, hukum diubah seenaknya sesuai kehendak pribadi dalam upaya melanggengkan kekuasaan pada keluarganya menjadi penerus kekuasaan sebagai Politik Dinasti," papar Rahadi di Wedangan Padmosusastro, Kota Solo, Kamis (18/2/2024) kemarin.

Sempal juga menyinggung soal janji Jokowi yang bakal menyelesaikan kasus pelanggaran HAM, termasuk penculikan aktivis pada tahun 1998.

Tetapi, masuknya Prabowo dalam jajaran Kabinet Jokowi pada periode kedua, memunculkan anggapan bahwa Jokowi juga melakukan impunitas atau pembiaran begitu saja pelaku pelanggaran HAM tanpa ada pembenahan oleh negara sertai institusi hukumnya.  

"Sudah menjadi pemahaman bersama, bahkan diakui sendiri oleh Prabowo bahwa dia telah melakukan penculikan terhadap para aktivis pada tahun 
1998. Bahkan, ada yang belum kembali sampai sekarang. Namun upaya hukum terhadap Prabowo mandeg hingga kini. Janji Jokowi untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM nampaknya menjadi perkecualian bagi Prabowo,"kata Rahadi.

"Karena di periode kedua, Prabowo justru masuk dalam jajaran Kabinet Jokowi. Lebih parahnya lagi, di akhir periode, Jokowi justru secara terang – terangan dalam tindakan politiknya memberikan dukungan kepada Prabowo sebagai capres dan anaknya, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapresnya," imbuh Rahadi. 

Editor : Ditya Arnanta

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network