Matesih itu sendiri dulunya masih berwujud hutan berantara. Dan penduduknya kala itu masih didominasi penganut agama Hindu. Terbukti di kawasan Ngaroyoso yang berdekatan dengan Matesih berdiri dua candi yang masih kokoh sampai sekarang. Yaitu Candi Sukuh dan Candi Cetho.
Lewat sentuhan dan kesabarannya Hasan Tafsir dalam berdakwah, pelahan namun pasti mampu menyebarkan agama Islam. Sebuah agama baru di tengah warga pemeluk agama Hindu.
Selain dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam, Hasan Tafsir juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian. Terbukti di makam tersebut juga terdapat prasasti Kyai Imam Mubarok yang berbentuk payung yang menurut kepercayaan warga setempat itu dibuat dari batu bulat dan di potong menjadi dua dan separuhnya digunakan sebagai payung di saat hujan ataupun panas sewaktu beliau pergi berdakwah.
Ada juga peninggalan masjid Nurul Huda, masjid pertama dan tertua di Karangpandan, didirikan tidak jauh dari makam Hasan tafsir, namun dengan berjalannya waktu masjid itu telah mengalami perpindahan sebanyak 3 kali dari tempat awalnya.
Meski sudah mengalami perpindahan sebanyak 3 kali, namun menurut salah satu cicit dari keturunan tokoh penyebaran agama islam, Hasan Tafsir, bernama Sulaiman, bentuk masjid itu tidak pernah berubah hingga sekarang.
Hanya bedanya dulu awal berdirinya beruba dinding bambu namun sekarang sudah di ganti dengan semen.
"Masjid ini sudah tiga kali kami pindah. Soalnya jumlah jamaahnya terus bertambah, sehingga membutuhkan lokasi yang lebar,"jelas Sulaiman saat ditemui iNewskaranganyar.id.
Selain makam dan masjid, bukti lainnya yang menunjukan penyebaran islam berupa ayat suci Al-Quran yang ditulis langsung oleh Hasan Tafsir diatas kulit hewan.
Hanya sayangnya karena tidak dirawat dengan baik tafsir Quran kuno yang ditaksir berusia 2 abad lebih tersebut sebagian dimakan rayap dan juga banyak bagian yang diambil oleh orang-orang.
Selain Al-quran tulisan tangan bukti lainnya yang masih tersimpan di masjid tersebut adalah sejumlah buku di antaranya catatan perjalanan Islam, ajaran agama serta ilmu pengobatan.
Buku-buku ini memakai huruf Arab Jawa. iNewskaranganyar.id berkesempatan untuk bisa melihatnya secara langsung.
Tafsir Quran itu dituliskan di atas kulit sapi yang sudah di samak, ditulis dengan tinta bak berwarna merah juga hitam dan di buat seperti lembaran kertas. Disusun rapi selayaknya cetakan di jaman sekarang. Masih tersimpan sampai sekarang.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait