Suasana Candi terlihat sepi, hanya ada beberapa orang saja yang nampak berjaga disekitar lokasi.
Susilo (55) warga Solo yang ditemui di kawasan Candi Cetho mengatakan dirinya sengaja bertamu ke rumah salah satu familinya yang kebetulan beragama Hindu dan berdomisili di kawasan Candi Cetho. Susilo mengaku sangat kagum dengan kerukunan beragama di kawasan Lereng Lawu.
"Toleransinya sangat tinggi. Memiliki perbedaan keyakinan tidak berarti tak rukun. Ini buktinya meski mayoritas Hindu tapi tetap damai sejak ratusan tahun lalu," jelas Susilo, Selasa 21 Maret 2023.
Ada lagi satu desa di Lereng Lawu lanjut Susilo tepatnya di dusun Jlono, Kemuning, Ngargoyoso lokasinya jauh dibawah Candi Cetho. Separuh warganya juga beragama Hindu dan berada di desa itu sudah ratusan tahun lalu.
Mereka dikenal sebagai keturunan pengikut setia Prabu Brawijaya V yang ikut melarikan diri dari kerajaan Majapahit. Karema itu Hindu merupakan agama yang masuk pertama di desa tersebut.
"Warga saling menghormati saling bantu saat perayaan agama masing-masing. Contohnya setiap Nyepi tiba, kondisinya juga sunyi dan tanpa lampu. Warga Islam dan juga Nasrani ikut mematikan lampu dan tidak membuat kegaduhan," jelas Joko.
Jika umat Islam akan ke Masjid atau Langgar, juga pelan-pelan, tidak naik kendaran. Namun Adzan tetap berkumandang tapi tanpa pengeras suara.
Sehingga saat beribadah Sholat lima waktu tetap berjalan dan tidak menganggu umat Hindu yang sedang beribadah juga.
Umat Muslim sendiri sudah hafal waktu Sholat tiba, sehingga tanpa menunggu adzan berkumandang segera bergegas ke Masjid.
“Kumandangkan Adzan seperti biasa, namun suaranya pelan dan tanpa menggunakan pengeras suara, sehingga suaranya hanya terdengar di dalam masjid saja, tanpa menggangu warga Hindu yang sedang ibadah juga," papar Susilo.
Sementara itu sebelum perayaan Nyepi umat Hindu menggelar acara Tawur Agung Kesanga yakni pembersihan diri sebelum Nyepi berlangsung agar semua busa berjakan lancar dan tenang.
Upacara Tawur Agung Kesanga berlangsung di Pura yang ada di Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Prosesi diawali dengan berdoa dan selanjutnya mengelilingi Pura dengan membawa sesaji yang nantinya akan diletakkan di empat penjuru.
Tujuannya agar tidak ada halangan apapun saat mayarakat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian.
"Salah satu ritual itu dilakukan agar makhluk halus tidak menganggu manusia yang sedang melaksanakan Catur Brata Penyepian," terang Made Sutrisna, salah satu umat Pura Tunggal Ika,
Setelah itu mereka bersama-sama akan menuju pura. Di Pura ada kamar-kamar yang dipersiapkan untuk melakukan amati geni (tidak menyalakan api),amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait