Juna sempat menjalani kehidupan yang luar biasa keras. Dia pernah diculik, disiksa, hampir ditembak dan overdosis. Namun kemudian pikirannya pun berubah dan berniat memperbaiki diri. Tatonya sendiri dibuat saat usianya 15 tahun dengan mesin buatan sendiri.
Gagal lulus kuliah di Indonesia, Chef Juna pun berinisiatif untuk memperbaiki kehidupannya. Dia pun pindah ke Brownsville, Texas, Amerika Serikat pada tahun 1997, dan menjual motor kesayangannya demi biaya sekolahnya di sana. Di Amerika, Chef Juna masuk sekolah penerbangan dan berhasil lulus dan mendapat lisensi pilot.
Selang beberapa lama, ketika dia sedang mengambil lisensi komersial, sekolah penerbangannya bangkrut sehingga dia pun pindah ke Houston untuk melanjutkan pelatihan. Namun akibat krisis moneter tahun 1998, orang tua Juna mengalami kesulitan ekonomi sehingga memaksa Juna mencari uang sendiri untuk biaya hidupnya.
Profesi sebagai koki diraih Juna secara tidak sengaja. Demi mempertahankan hidupnya di Amerika serikat, dia pun rela bekerja apa saja. Akhirnya dia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran tradisional Jepang.
Selang beberapa lama, master susyi di tempatnya bekerja menawari Juna untuk menjadi muridnya. Juna pun menerima tawaran itu dan bersedia dilatih dari awal dengan metode yang sangat keras. Berkat kemampuannya yang luar biasa, pemilik restoran pun kagum dan mempromosikan Juna untuk mendapatkan Permanent Resident.
Tahun 2002, Juna mengambil alih posisi sebagai head chef (kepala koki) di restoran tersebut karena master susyi yang melatih Juna pindah ke restoran lain. Selanjutnya, pada tahun 2003, Juna pun pindah ke restoran susyi nomor 1 di Houston yang bernama Uptown Sushi dan menjadi Executive Chef di sana.
Lama kelamaan, dia jenuh dengan masakan Jepang sehingga dia pindah ke restoran Perancis, The French Laundry yang dikenal sebagai restoran yang menerapkan standar tinggi.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait