Nama kedua, Madinah, juga kuno dan tampaknya berasal dari bahasa Aram, seperti dinyatakan beberapa peneliti. Nama ini berasal dari kata Aram “medinta” atau “medinto” yang sepadan dengan kata Arab “madinah” yang bermakna “kota”.
Menurut Muhammad bin Fariz, jelaslah bahwa tempat hijrah Rasulullah dikenal dengan dua nama sekaligus: Yatsrib dan Madinah. Dalam sebuah hadis mengenai negeri hijrahnya, Rasulullah bersabda, “Aku bermimpi melihat diriku hijrah dari Mekkah ke sebuah negeri yang ditumbuhi kurma. Aku mengira tempat itu Yamamah atau Hajar, namun ternyata ia adalah Yatsrib ....”
Ketika Rasul mulia memutuskan hijrah ke Madinah, beberapa sahabat mengadukan beratnya meninggalkan Mekkah dan ketidakmampuan mereka menanggung wabah penyakit yang kerap menjangkiti Madinah, maka beliau berdoa kepada Tuhan,
“Ya Allah, buatlah kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Mekkah atau lebih dari itu ....” Begitu pula, dalam perjalanan menuju Badar pada tahun 2 H, beliau mendoakan keberkahan bagi Madinah seraya menyebutkan kemuliaan kota itu. Beliau berkata, “...Aku berdoa kepada-Mu bagi penduduk Madinah, agar Engkau berkahi sha' dan mud mereka, juga buah-buahan mereka ....”'
Al-Qur'an satu kali menyebut “Yatsrib”, yaitu saat menceritakan perkataan orang-orang munafik dalam peristiwa Perang Ahzab, “Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yatsrib! Tidak ada tempat bagimu ...” ( QS al-Ahzab (33) : 13).
Sebaliknya, al-Quran berkali-kali menyebut “Madinah”, khususnya pada surah al-Munifiqun ayat 8, al-Ahzab ayat 60, serta at-Taubah ayat 101 dan 120. Dari paparan di atas, kata Muhammad bin Fariz, jelaslah bahwa berbagai riwayat terdahulu dari Rasulullah maupun ayat-ayat dalam al-Quran lebih mengutamakan penggunaan nama “Madinah” daripada “Yatsrib”.
Jika kita kembali ke berbagai sumber biografi Nabi Muhammad dan memeriksa teks-teks terkait Piagam Madinah, kita akan mendapati bahwa riwayat paling awal yang mendokumentasikan piagam atau dokumen ini adalah riwayat Ibnu Syihab az-Zuhri (w. 124 H) dalam laporan Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H) yang menyebut Yatsrib dua kali dan Madinah satu kali." Kita juga mendapati teks riwayat az-Zuhri itu dalam laporan Humaid bin Zanjuwaih (w. 251 H) yang menyebut nama Madinah dan Yatsrib masing-masing dua kali.”
Jadi, ada perbedaan antara kedua riwayat ini terkait nama Madinah dan Yatsrib. Sementara itu, dalam riwayat Ibnu Ishag (w. 151 H) yang dinukil Ibnu Hisyam, nama Yatsrib disebut tiga kali dan Madinah disebut sekali.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait