Pendaki Jakarta Meninggal di Gunung Lawu, Dievakuasi SAR

KARANGANYAR, iNewskaranganyar. id - Seorang pendaki asal Jakarta dilaporkan meninggal dunia saat mendaki Gunung Lawu melalui jalur Cemoro Kandang pada Sabtu (10/5/2025).
Pria bernama Riky Gumilar (41) tersebut sempat mengalami kondisi kritis sebelum akhirnya dinyatakan meninggal di lokasi. Insiden tragis ini kembali menyoroti risiko tinggi yang mengintai para pendaki di jalur pegunungan yang menantang.
Kabar duka ini pertama kali diterima oleh relawan Posko Anak Gunung Lawu (AGL) pada sore hari.
Berdasarkan informasi dari lapangan, Riky tergabung dalam rombongan berjumlah 19 orang yang memulai pendakian pada pagi hari.
Namun, di sekitar area antara Pos 2 dan Pos 3, tepatnya setelah melewati lokasi yang dikenal sebagai Pos Bayangan, ia mengalami penurunan kondisi secara mendadak hingga kehilangan kesadaran.
"Kami menerima laporan sekitar pukul 16.29 WIB. Saat itu, relawan bersama Komunitas Relawan Indonesia (KRI) langsung memberikan pertolongan awal, namun nyawa korban tak tertolong," ujar Budi, relawan AGL yang berada di pos saat kejadian.
Evakuasi Dini Hari oleh Tim Gabungan SAR
Menindaklanjuti kondisi darurat tersebut, relawan AGL segera melakukan koordinasi dengan BPBD Karanganyar.
Proses evakuasi dimulai pada pukul 22.00 WIB oleh tim gabungan yang terdiri dari personel SAR Karanganyar, SAR MTA, PMI, BPBD, serta relawan lokal yang sudah mengenal medan Gunung Lawu dengan baik.
Hendro Prayitno, Kepala Pelaksana Harian BPBD Karanganyar, mengonfirmasi bahwa medan yang terjal serta kondisi minim pencahayaan menjadi tantangan utama dalam proses evakuasi tersebut.
"Kami memastikan setiap langkah evakuasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar keselamatan tim tetap terjaga," katanya.
Imbauan: Prioritaskan Kesehatan dan Keselamatan Saat Mendaki
Insiden ini menjadi pengingat pentingnya persiapan menyeluruh sebelum melakukan pendakian, terutama di gunung-gunung dengan medan ekstrem seperti Lawu.
Para pendaki disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, membawa perlengkapan pendakian standar, serta terus memantau kondisi tubuh dan cuaca selama perjalanan.
Komunitas pecinta alam dan pihak berwenang juga menegaskan bahwa mendaki gunung bukan sekadar aktivitas rekreasi, melainkan kegiatan yang menuntut kesiapan mental dan fisik.
“Kesehatan pribadi adalah kunci keselamatan. Jangan memaksakan diri jika tubuh sudah memberikan sinyal kelelahan,” imbau salah satu koordinator relawan.
Dengan adanya peristiwa ini, diharapkan para pendaki dapat lebih waspada dan mengedepankan keselamatan di atas segalanya.***
Editor : Ditya Arnanta