get app
inews
Aa Read Next : Prihatin Terhadap Kondisi Jalan, Ranting Pemuda Pancasila Tawangsari Kerjo Karanganyar Tambal Jalan

Menelisik Asal Usul Gunung Kemukus, Sempat Geger Jadi Lokasi Ritual Seks Bebas

Rabu, 06 Desember 2023 | 21:05 WIB
header img
Menelisik Asal Usul Gunung Kemukus, Lokasi Ritual Sempat Digegerkan Ritual Seks (Fotoi: Okezone)

SRAGEN, iNewskaranganyar.id - Kabupaten Sragen memiliki lokasi wisata Religi yang terkenal di kalangan masyarakat luas dengan nama “Gunung Kemukus” yang berlokasi di Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.

Keberadaan gunung kemukus juga terletak di sekitar waduk Kedungombo. Bahkan jika air waduk penuh, lokasi Gunung Kemukus dikelilingi air dan terlihat seperti berada di tengah.

Peziarah harus menyeberang dengan menggunakan perahu. Bahkan di lokasi tersebut dibangun dermaga untuk lokasi penyebarangan. Namun bila kondisi air surut dan mengering seperti saat ini  maka, peziarah bisa melalui jalan darat dengan melewati jembatan.

Saat ini karena kondisi waduk kering sehingga dermaga penyeberangan tidak berfungsi. Perahu yang biasanya digunakan untuk mengangkut para peziarah dibiarkan tergeletak di pinggir waduk kedung Ombo.

Gunung kemukus sendiri memiliki beragam versi cerita. Salah satu diantaranya  dan dipercaya oleh masyarakat sekitar adalah  makam dari Pangeran Samudro, salah satu putra dari  Raja Majapahit yang  terakhir dari seorang selir.

Menurut cerita yang dihimpun Okezone dari beberapa  warga desa yang tinggal  di sekitar gunung Kemukus. Salah satunya adalah Pardi (50). Pardi mendengar cerita dari ayahnya, konon pada saat akhir runtuhnya kejayaan Majapahit, yang di serang oleh Raden Patah dari Demak, Pangeran Samudro dan ibunya ikut ke Demak.

Selama tinggal di Demak, Pangeran Samudro belajar ilmu agama islam dengan bantuan dari  dari Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup, pangeran Samudra diminta untuk menimba ilmu agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu. 

Sekian lama menimba ilmu dan dirasa cukup, akhirnya Pangeran Samudra berniat pulang kembali ke Demak. Dalam perjalanan pulang mereka melewati Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) niatnya hanya berhenti sejenak untuk beristirahat. Namun akhirnya Pangeran Samudro tinggal lebih lama lagi untuk mensyiarkan agama Islam di Desa tersebut.

Setelah dirasa cukup, perjalanan di lanjutkan kembali, namun dalam perjalanan tersebut, Pangeran Samudra jatuh sakit. Karena tak kuat menahan sakit akhirnya berhenti di  Dukuh Doyong (sekarang wilayah Kecamatan Miri) dan akhirnya  Pangeran Samudro meninggal dan jasatnya dimakamkan di perbukitan dukuh Miri.

Oleh masyarakat lokasi bekas perawatan/peristirahatan Pangeran Samudro didirikan desa baru dan diberi nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.

Semula makam Pangeran Samudro masih sangat sepi  karena masih berupa hutan, dan masih banyak dihuni oleh binatang-binatang buas. Lambat laun masyarakat mulai mulai banyak mendiami desa tersebut. Dan asal usul nama gunung kemukus karena masyarakat sering melihat diatas bukit tempat makam Pangeran sering terlihat kabut hitam seperti asap yang berbentuk kukusan (tempat mengukus nasi terbuat dari bambu).

Kabut itu terlihat menjelang musim hujan atau musim kemarau, muncul seperti  asap (kukus)," jelasnya.

Sebab itulah sampai saat ini gunung tempat lokasi  makam Pangeran Samudra dikenal dengan nama Gunung Kemukus. Selain makam Pangeran Samudro di lokasi tersebut juga terdapat Sendang Ontrowulan. Konon sendang tersebut merupakan tempat membersihkan diri ibu Pangeran Samudra yang bernama R.Ay. Ontrowulan sebelum masuk ke makam putranya. Dan sampai saat ini sendang tersebut diberi nama sendang ontrowulan. 

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setelah mendengar kabar kematian putranya R.Ay. Ontrowulan, segera menyusul ke tempat Pangeran Samudra dimakamkan.

Akhirnya ibu Pangeran Samudro berniat untuk bermukim di dekat Makam Pangeran Samudro untuk merawat makamnya. Sebelum masuk ke makam R.Ay. Ontrowulan akan membersihkan diri terlebih dahulu di sendang tersebut. Konon saat mengibaskan rambutnya hiasan bunga di rambutnya terjatuh dan tumbuh menjadi pohon Nagasari yang sampai saat ini bisa didijumpai di sekitar sendang tersebut.

"Sampai saat ini sendang (sumber air) tersebut airnya tidak pernah habis bahkan  di musim kemarau sekalipun," terangnya.

Editor : Ditya Arnanta

Follow Berita iNews Karanganyar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut