KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Candi Kethek salah satu candi Hindu bertingkat megalitik berbentuk piramida dari abad ke-15-16. Candi Kethek terletak di lereng barat laut Gunung Lawu di desa Anggrasmanis kecamatan Gumeng di Jenawi Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah, Indonesia. Tepatnya dibagian atas dari Candi Cetho.
Reruntuhan candi ini memiliki empat teras bertingkat yang menghadap ke arah barat. Masing-masing teras itu dihubungkan dengan undakan batu. Di sisi kanan candi terdapat jalan setapak sebagai alternatif untuk menuju ke teras paling atas.
Kethek dalam bahasa Jawa berarti kera, nama yang diberikan oleh penduduk setempat kepada candi ini karena dahulu ada banyak ditemukan kera di daerah ini hingga saat ini.
Secara administratif, lokasi Candi Kethek terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Berada pada ketinggian 1486 mdpl.
Untuk mencapainya harus melalui jalan setapak dengan menyeberangi sungai yang berada di sebelah timur laut Candi Cetho. Sungai tersebut hanya ada airnya ketika musim hujan, sedangkan pada musim kemarau mengering. Candi Kethek berada dalam lahan hutan pinus milik perhutani, berjarak 500 meter dari sungai tersebut.
Sejarah Candi Kethek
Keberadaan candi ini sudah dilaporkan sejak tahun 1842, tetapi ekskavasi/penggalian oleh Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar baru dilakukan pada 2005.
Ekskavasi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Kethek merupakan candi Hindu. Hal ini didasarkan pada temuan arca kura-kura pada undakan paling bawah di teras pertama yang merupakan jelmaan Dewa Wisnu, salah satu dewa dalam ajaran agama Hindu, yang menopang Mandaragiri dalam pengadukan laut oleh para dewa dan raksasa untuk mendapatkan Tirta Amrta dalam kisah Samudramanthana.
Dengan adanya kisah Samudramanthana ini menunjukkan fungsi Candi Kethek sebagai tempat peruwatan untuk membersihkan dan membebaskan seseorang dari kesalahan atau dosa.
Hingga saat ini, penelitian mengenai Candi Kethek masih terus dilakukan, terutama untuk mencari prasasti atau artefak yang memberikan informasi mengenai tata letak dan riwayat candi.
Arca kura-kura yang ada di Candi Kethek ini dikaitkan dengan cerita Samudramanthana dalam mitologi Hindu. Samudramanthana berkisah tentang pengadukan lautan susu menggunakan Gunung Mandara sebagai tongkat pengaduknya.
Ini dilakukan oleh para dewata bekerja sama dengan Asura (makhluk sejenis raksasa) untuk mendapatkan air keabadian, tirta amerta.
Namun, dewa menggunakan tipu daya sehingga bisa mengambil amerta dari Asura. Selain itu, cerita Samudramanthana dikaitkan dengan fungsi Candi Kethek sebagai tempat untuk meruwat atau membebaskan seseorang dari kesalahan (dosa).***
Editor : Ditya Arnanta