KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Ima Yoanita (33) wisatawan asal Jakarta mengalami insiden kecelakaan saat terbang Paralayang di Segoro Gunung Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Ima Yoanita mengalami geger otak.
Kerabat korban yang kebetulan Camat Jaten Teguh Haryono mengatakan insiden kecelakaan yang menimpa kerabatnya itu terjadi pada Selasa 27 Juni 2023. Saat tiba Kemuning, Ngargoyoso, korban bersama yang lain ingin merasakan terbang Paralayang. Akhirnya, merekapun memutuskan untuk terbang Paralayang.
"Satu lancar, dua lancar, tiga lancar dan setereusnya terbang paralayangnya lancar. Nah, saudara saya itu dapat jatah sehabis Ashar. Karena sehabis Ashar, angin yang berhembus tak lagi sekencang siang, paralayang yang membawa korban terjatuh ke bawah,"papar Teguh pada iNewskaranganyar.id.
Karena posisi korban yang saat itu terbang tendem berada di bawah, otomatis korban terlebih dahulu menghantam ke tanah. Sedangkan instruktur terbang paralayang tidak mengalami luka.
"Namannya terbang tendem, korban berada didepan,"ujarnya.
Akibat insiden itu, tak hanya luka berat saja yang diderita. Korban itupun mengalami geger otak, karena kepalanya terbetur batu saat terjatuh.
Wisatwan asal jakarta alami kecelakaan saat paralayang gagal terbang (Foto: Ist)
"Selain alami cidera parah di bagian wajah, korban mengalami geger otak karena kepala terbentur batu,"paparnya.
Ia mengatakan, saat ini korban tengah menjalani perawatan di rumah sakit di Jakarta. Awalnya, korban dirawat di rumah sakit di Solo. Namun, karena peralatan yang kurang, korban dibawa oleh keluarga ke rumah sakit di Jakarta.
Gagal Take Off
Suami Ima Yoanita, Basit mengatakan kejadian itu terjadi sekira pukul 16/30 WIB. Saat itu dirinya bersama korban dan rombongan lainnya memang ingin berlibur kedaerah Ngargoyoso.
Setelah menginap semalam di daerah Ngargoyoso dengan menyewa sebuah villa, merekapun memutuskan ingin mencoba menguji adrenalin dengan terbang paralayang.
Mereka ingin merasakan terbang paralayang diantara bukit-bukit di lereng Gunung Lawu. Masing-masing orang membayar Rp450.000 untuk sekali terbang paralayang. Dari 13 orang ini, hanya istrinya yang gagal terbang.
"Saya termasuk anak-anak berhasil terbang. Istri saya yang terbang terakhir gagal terbang. Tubuhnya nyungsep dan bagian tubuhnya terbentur bebatuan,"papar Basit saat dihubungi wartawan.
Ia mengatakan tragedi tersebut bukan karena faktor cuaca. Sebab parasutnya sudah bisa mengembang. Hanya saja di bagian ujung landasan ada batako bertingkat yang membuat korban menabraknya. Korban mengalami luka parah di bagian kepala dan fraktur tulang punggung.
"Istri saya mengalami gagar otak ringan. Bagian dahi ada luka sayat, lutut cidera dan retak tulang belakang," kata dia.
Korban hingga kini masih belum bisa berjalan normal dan dalam tahap pemulihan. Pihaknya hanya menyayangkan tidak ada asuransi atas kejadian itu.
"Kami heran sekelas kegiatan ekstrem dan biaya tiket yang segitu,"paparnya. ***
Editor : Ditya Arnanta