JAKARTA, iNews.id - Inilah kisah seorang mualaf bernama Aisha Rosalie, yang sebelumnya adalah seorang penganut ateis. Aisha Rosalie, seorang gadis cantik asal Inggris, awalnya tidak mempercayai adanya Tuhan. Namun, dengan kehendak Allah Subhanahu wa ta'ala, dia mendapat hidayah Islam ketika mengunjungi Kota Istanbul, Turki.
Kisah mualaf ini dimulai ketika Aisha Rosalie sedang berlibur dan menjelajahi tempat-tempat ikonik di Turki. Ketika dia akan pergi ke Masjid Biru, atau yang juga dikenal sebagai Masjid Sultan Ahmet, dia mempersiapkan diri dengan membeli hijab di sebuah toko kecil.
Pedagang memberikannya hijab instan agar mudah dipakai selama perjalanan. Namun, siapa sangka bahwa hijab instan berwarna merah muda itulah yang membuatnya memeluk Islam. Bahkan, hijab tersebut menjadi hijab yang sangat istimewa baginya.
"Aku ingin pergi ke Masjid Biru di Turki, tapi aku ingin membeli hijab terlebih dahulu. Jadi, aku pergi ke toko kecil dan menceritakan situasiku kepada penjual. Dia memberiku hijab yang mudah dipakai, yaitu yang sedang aku kenakan sekarang ini. Hijab ini sangat spesial bagiku karena aku mengenakannya saat aku memeluk Islam," ungkap Aisha Rosalie, seperti dikutip dari kanal YouTube Ayatuna Ambassador, Ahad (26/12/2021).
Awalnya, dia enggan mengenakan hijab tersebut saat kembali ke hostel. Oleh karena itu, dia tampil dengan rambut pirangnya saat singgah di Kafe Nero untuk bersantai sejenak.
Kemudian, dia pergi ke toilet dan membuka kemasan hijab yang baru saja dibelinya, dengan niat mencobanya. Meskipun terlihat mudah dipakai, Aisha tetap merasa kesulitan saat mengenakannya.
Saat mencoba mengenakan hijab merah muda itu, Aisha menatap dirinya di cermin. Dia merasa hijab tersebut sangat cocok baginya dan memutuskan untuk mengenakannya saat keluar dari kafe. Tujuannya bukanlah untuk melengkapi penampilannya, melainkan hanya ingin memakai hijab tersebut.
Setelah itu, dia memulai perjalanan menuju Masjid Biru. Perjalanan itu memakan waktu sekitar 1,5 jam jika ditempuh dengan berjalan kaki dari hostelnya. Di tengah perjalanan, Aisha berhenti sejenak untuk membeli tasbih.
Hal itu karena dia sering melihat penduduk Istanbul menggunakan benda tersebut. Dia pun mencari tahu cara menggunakan tasbih dan berlatih sepanjang perjalanan.
"Di tengah perjalanan, aku memutuskan untuk berhenti dan membeli sebuah tasbih, karena saat di Istanbul aku sering melihat orang-orang menggunakannya. Harganya sangat murah, sekitar 10 ribu, dan aku mencari tahu bagaimana cara menggunakannya. 'Oh baiklah Subhanallah', dan tentu saja aku tidak tahu bagaimana cara mengucapkannya, jadi seperti 'Sub ba ha nallah', kemudian 'Alhamdulillah', dan 'Allahuakbar'. Aku berlatih sepanjang jalan dengan melakukannya 33 kali untuk setiap kalimat tersebut," ujar Aisha.
Merasa cemas ketika memasuki masjid karena bukan seorang Muslimah, Aisha sempat memikirkan berbagai hal. Dia khawatir orang-orang akan menegurnya dan merasa malu karena tidak memahami apa-apa. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak pergi ke ruang shalat karena tidak tahu cara melakukannya.
Akhirnya, Aisha duduk di lantai dan menggunakan tasbih barunya di sana. Selama 1 jam dia berdiam diri, dan malah merasakan kenyamanan dan kedamaian dalam dirinya.
"Aku tidak pergi ke tempat orang-orang shalat karena aku tidak tahu bagaimana cara shalat. Jadi, aku memutuskan untuk duduk di lantai dan menggenggam tasbihku. Aku duduk selama sekitar 1 jam dan menikmati waktu yang aku habiskan di sana. Rasanya sangat damai," ungkapnya.
Ketika dia akan pulang, Aisha mendengar panggilan azan. Dia masih ingat betul suara lantang dari Masjid Biru tersebut. Di seberang jalan, terdapat masjid lain yang juga sedang mengumandangkan azan. Aisha, yang berada di antara kedua masjid tersebut, merasa kagum dengan suara azan tersebut. Bahkan, dia berhenti sejenak dari perjalanannya hanya untuk mendengarkan suara itu.
Setelah azan berhenti, dia berniat melanjutkan perjalanan menuju hostel. Namun, tiba-tiba ponsel Aisha mati. Dia sempat panik karena tidak tahu arah pulang. Tapi tak lama kemudian, dia diam dan berusaha tenang.
Dia menyimpan ponselnya dan menggantinya dengan memegang tasbih, lalu kembali berzikir. Tiba-tiba, Aisha menemukan jalannya pulang ke hostel. Dia merasa sangat kagum pada saat itu. Bahkan, begitu tiba di hotel, Aisha langsung mengambil Alquran terjemahan dan mulai membacanya.
"Setelah azan berhenti, ponselku yang masih memiliki 50 persen baterai tiba-tiba mati. Padahal, aku sedang mencari arah pulang. Aku menjadi tersesat dan sedikit panik. Aku berhenti sejenak dan berpikir, 'Ah, tidak apa-apa.' Lalu, aku memasukkan ponselku ke dalam saku dan mengambil tasbihku."
"Aku melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, 'Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar', dan akhirnya aku menemukan jalan pulang ke hostel, alhamdulillah. Begitu sampai di hostel, aku mengambil Alquran terjemahan dan mulai membacanya," ucap Aisha.
Sejak saat itu, Aisha kadang-kadang melepas hijabnya karena merasa dia bukan seorang Muslimah. Namun, dia merasa nyaman saat mengenakan hijab. Dia juga merasa bahwa aturan berpakaian dalam Islam sangat baik karena menunjukkan kerendahan hati tanpa perlu memperlihatkan bentuk tubuhnya. Hal itu membuatnya lebih sopan dan tampil dengan sederhana.
Akhirnya, Aisha memutuskan untuk terus mengenakan hijab dan terus belajar tentang agama Islam melalui video di YouTube. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengucapkan dua kalimat syahadat sebelum selesai membaca Alquran.
Baginya, tidak mungkin seseorang memeluk suatu agama tanpa membaca dan memahami isi kitab suci agama tersebut. Oleh karena itu, dia terus menonton ceramah, belajar, membaca Alquran, dan membaca buku-buku panduan Islam lainnya.
Setelah selesai membaca Alquran, Aisha memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat sendiri di ruang tamu pada malam hari, dengan Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai saksinya. Sejak saat itu, Aisha menjadi seorang mualaf.
Aisha tidak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi dalam hidupnya. Baginya, mungkin ini adalah takdirnya menjadi wanita yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk menjadi seorang Muslimah yang taat.
"Semuanya terjadi begitu saja tanpa rencana. Meskipun aku sudah belajar, aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Mungkin ini adalah kehendak-Nya untuk memilih wanita seperti saya dan menjadikannya seorang Muslimah. Alhamdulillah," tutupnya.
Wallahu a'lam bishawab.
Editor : Ditya Arnanta