KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Dua tahun sudah Darmakarya wadah perkumpulan dalang muda se Kabupaten Karanganyar ini berdiri. Dua tahun lalu, wadah dimana para Dalang ini berkumpul resmi didirikan oleh legenda maestro dalang almarhum Ki Manteb Sudarsono.
Untuk memperingati berdirinya Darmakarya yang didirikan 30 Mei 2021 silam, pagelaran pentas wayang wayang kulit para dalang muda ini pun kembali digelar dilokasi dimana pertama kali Darmakarya ini dilahirnyan, yakni di Bale Ndeso, Ngargoyoso, Karanganyar.
Hadir dalam peringatan hari jadinya Darmakarya ke 2, Penasehat Paguyuban Dalang Muda Karanganyar Jaya (Darmakarya) Ilyas Akbar Almadani.
Pada momentum ulang tahun Darmakarya, Ilyas Akbar Almadani yang kebetulan Ketua Partai Golkar Karanganyar mengatakan Darmakarya ini
merupakan wadah perjuangan para Dalang Muda yang memang sengaja didirikan oleh sang Maestro wayang kulit, almarhum Ki Manteb Sudarsono untuk melestarikan budaya wayang kulit.
"Wadah ini sebagai wadah perjuangan para dalang muda dalam rangka untuk melestarikan budaya pagelaran wayang kulit,"papar Ilyas pada iNewskaranganyar.id, Rabu (30/5/2023).
Ilyas mengaku sangat bangga tinggal di Kabupaten Karanganyar. Pasalnya, di Kabupaten yang terletak di kaki Gunung Lawu ini banyak sekali lahir para Dalang handal yang tak hanya di kenal di Karanganyar, tapi juga dunia. Ilyas mengambil contoh Ki Manteb Sudarsono.
"Banyak sekali dalang muda yang lahir dari karanganyar, termasuk salah satunya maestro dalang Ki Mnateb Sudarsono,"ujarnya.
Ilyas berharap melalui wadah ini, merupakan salah satu cara melestarikan wayang. Karena wayang ungkap Ilyas memiliki makna filosifis yang diartikan sebagai imajinasi, perlambang, atau lika-liku kehidupan nyata umat manusia yang sangat beragam.
Dan yang terpenting wayang bukan hanya sebagai peninggalan nenek moyong. Namun wayang itupun merupakan salah satu kebudayaan Indonesia.
Melalui wadah ini, tak hanya para seniman yang mampu menjaga wayang, tapi seluruh masyarakat inipun bisa menjaga wayang agar tidak lagi diklaim oleh negara lain.
”Jangan sampai seiring perkembangan zaman orang-orang jadi meninggalkan wayang. Intinya, harus bisa menyesuaikan,” ujar Ilyas. ***
Editor : Ditya Arnanta