KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Kabupaten Karanganyar adalah sebuah wilayah di Jawa Tengah yang letaknya paling timur. Ibu kotanya Kabupaten ini adalah Kecamatan Karanganyar. Sekitar 14 km sebelah timur Kota Solo.
Kabupaten ini berbatasan dengan Sragen di utara, Kabupaten Ngawi dan Magetan (Jawa Timur) Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan (Jawa Timur) di timur
Di Sebelah selatan Kabupaten Wonogiri di selatan, serta Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo di barat.
Kabupaten Karanganyar memiliki sebuah kecamatan eksklave yang terletak di antara Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta yaitu Kecamatan Colomadu. Jumlah penduduk Karanganyar pada akhir tahun 2021 mencapai 931.963 jiwa.
Pendopo Agung Joglo Raden Mas (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)
Karanganyar sebuah kota asri nan hijau yang terletak di kaki gunung Lawu. Kabupaten ini menyimpan banyak sekali sejarah yang masih diperdebatkan hingga sekarang ini.
Salah satunya yaitu tentang asal muasal nama Karanganyar ini sendiri . Asal mula Karanganyar dimulai dari seorang pertapa bernama Nyi Ageng Karang atau yang juga dikenal sebagai Raden Ayu Diponegoro atau Raden Ayu Sulbiyah.
Nyi Ageng Karang adalah istri dari Ki Diponegoro , salah satu orang terpandang di Keraton Kartasura pada masanya.
Sepeninggal Ki Diponegoro, Nyi Ageng Karang memutuskan untuk bertapa dan laku di hutan belantara di timur Kasultanan Yogyakarta.
Hingga pada suatu malam Nyi Ageng Karang bermimpi akan bertemu seorang pemuda dengan 3 ajudannya yang nantinya beliau akan menjadi raja beserta keturunannya sekaligus meneruskan cita - citanya melawan tentara kolonial.
Akhirnya, datanglah Raden Mas Said dengan 3 pengawal di tengah pertapaannya.
Ternyata RM.Said merupakan salah satu cucunya. Kesamaan akan misi melawan penjajah kolonial membuat mereka langsung dapat bersinergi.
Asal nama Karanganyar sendiri terdapat beberapa versi. Versi yang pertama karena pembaruan nama padepokan Nyi Karang menjadi Karanganyar sebagai bentuk semangat baru melawan penjajah.
Adapula yang berpendapat bahwa RM.Said memberikan nama dari singkatan berdasarkan wangsit dari " Kawibawaan Rangkepan wahvu sina Anvar " vana.
Gunung Lawu saksi bisu Karanganyar (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)
Jauh sebelum era Raden Mas Said dan Nyi Ageng Karang, Karanganyar pernah dijadikan lokasi pelarian Raja Majapahit terakhir Brawijaya V.
Salah satu tempat yang konon tempat Brawijaya V bertapa adalah Pringgodani. Kawasan Pringgondani, selama ini dikenal sebagai lokasi yang wingit dan juga angker.
Sebuah komplek pertapaan yang dipercaya sebagai salah satu petilasan Raja Majapahit.
Masyarakat mempercayai jika Brawijaya V melarikan diri dari para musuhnya hingga ke puncak Lawu dan moksa (menghilang) di puncak Lawu.
Pringgondani terletak di kelurahan Blumbang, Tawangmangu. Terletak di ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut, tepatnya terletak di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanyanyar.
Pringgondani sendiri berasal dari kata "pring" (bambu), "nggon" (tempat), dan "dani" (memperbaiki). Jika diartikan secara menyeluruh memiliki arti tempat yang digunakan untuk memperbaiki diri.
Laku spiritual dalam masyarakat Jawa dianggap sesuatu hal yang lumrah. Pringgondani sejak dahulu kala dikenal sebagai lokasi berdoa bagi masyarakat Jawa. Berada di kawasan hutan milik Perhutani. Lokasinya sunyi, memiliki udara segar, dengan pemandangan yang sangat indah. Ada beberapa lokasi komplek pertapaan di Pringgondani yang di sakralkan.
Salah satunya sanggar pamujan. Sanggar Pamujan ini diyakini sebagai pintu gerbang atau awal seseorang memasuki Pertapaan, karena didalam kepercayaan masyarakat Jawa seseorang yang akan bertamu harus 'kulonuwun' (permisi) saat memasuki pintu gerbang.
Konon jaman dahulu dilokasi tersebut ada tokoh spiritual yang sampai saat ini dikeramatkan masyarakat yakni Eyang Panembahan Kotjo Nagoro.
Bangunan petilasan seperti rumah joglo namun masyarakat menyebutnya sebagai sanggar ini berukuran 5 meter x 5 meter.
Dipintu masuk ada empat arca di depan dan di dalam altar ada tulisan“Eyang Panembahan Kotjo Nagoro”. Altar inilah tempat orang menjalani ritual bertapa.
Ada juga Sendang Muria, yang letaknya di sebelah timur Sendang Pengantin. Sendang Muria berbentuk air terjun yang dibawahnya ada kolam penampungan.
Selanjutnya ada juga gua Pringgosari berada di lereng yang dekat dengan jurang, dimana di dalam gua ada sebuah patung yang bernama Kebo Danu.
Ada juga Gua Pringgosepi yakni tempat bertapa untuk menyepi. Untuk masuk ke lokasi ini hanya satu orang saja, karena sempit dan di depannya merupakan sebuah jurang. Untuk masuk ke dalam gua juga harua menggunakan tali pengaman.
Kalangan spiritual Kejawen, Pringgondani dianggap sebagai salah satu pancer (pusat) lelaku atau belajar kesejatian hidup, serta menjadi tempat untuk perbaikan diri menuju hal yang lebih baik atas bantuan Yang Maha Hidup, Allah SWT. ***
Editor : Ditya Arnanta