KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Sekarang ini di Kota Karanganyar sering dijumpai 'manusia silver' dengan membawa kardus. Mereka bukan menghibur pengendara atau pengguna jalan, melainkan meminta-minta sedekah dari pengguna jalan.
Manusia silver atau orang yang mengecat seluruh tubuhnya dengan warna silver kini tengah merebak di beberapa traffic light atau lampu lalu lintas di Kabupaten yang terletak di lereng Gunung Lawu.
Fenomena ini memang sedang marak di Kota Karanganyar. Seperti di traffic light Bejen, Palur, dan Dagen. Hanya di traffic light Pegadaian dan Papahan saja, manusia Silver ini tak dijumpai.
Kebanyakan mereka merupakan anak muda di usia produktif yang memang sengaja berpenampilan “lain” saat menjalankan aksi dengan meminta sedekah.
Keberadaan mereka pun ternyata mendapatkan perhatian serius dari para wakil rakyat di DPRD Karanganyar. Para wakil rakyat ini mengungkap bahwa keberadaan manusia silver tersebut terorganisir. Dari segi pendapatan juga tak main-main, mereka bisa meraup Rp80.000
hingga Rp150.000 per jamnya. Jika dikalikan dalam satu bulan, pendapatan manusia silver ini setara dengan gaji PNS.
Pendapatan manusia silver jika dikalikan dalam satu bulan, pendapatan setara dengan gaji PNS (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)
Hal itu diungkap Ketua Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) DPRD Karanganyar, Latri Listyowati. Politikus partai besutan Megawati Soekarnoputri mengungkap, dari temuan pihaknya, manusia silver ini dalam bekerja tidak sendirian, melainkan berkelompok.
"Mereka (Manusia silver) punya kelompok besar. Dan dalam bekerja mereka selalu bergantian,"papar Latri pada iNewskaranganyar, Rabu (28/12/2022).
Latri menambahkan setiap satu jam, manusia silver ini akan berganti dan berpindah lokasi. Dalam satu jamnya, manusia silver ini bisa mendapatkan hasil rata-rata sebesar Rp80.000 hingga Rp150.000.
Melihat dari pendapatan yang didapat, ungkap Latri, menimbulkan image bila menjadi manusia silver seolah menjadi pekerjaan. Meskipun apa yang mereka lakukan dengan membauri seluruh tubuh dengan cat, sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Namun, kondisi itu mereka abaikan.
Tak heran, dari laporan yang diterima, pihak Satpol PP merasa kesulitan untuk menertibkan manusia silver. Sebaliknya, petugas Satpol PP kerap terintimidasi saat berhadapan langsung dengan para manusia silver tersebut.
"Manusia Silver ini semakin susah ditertibkan karena mereka teroganisir. Malah sebaliknya petugas Satpol PP dititeni sama mereka,"ujar Latri.
Tak hanya mensoroti keberadaan manusia silver yang semakin marak bagaikan jamur di musim hujan, Latri pun mensoal banyak gerombolan anak-anak punk di Karanganyar.
Jika ditelisik,ungkap Latri, para anak punk ini mayoritas berasal dari keluarga mampu. Melihat fenomena yang terjadi di Karanganyar, saat ini, pihak DPRD tengah mengebut pembahasan rancangan Raperda PGOT.
Diharapkan, dengan Raperda inisiatif DPRD yang nantinya akan menjadi Perda, bisa menjadi landasan bagi Pemkab Karanganyar untuk bertindak. Tak hanya sekedar menertibkan PGOT saja, tapi juga melakukan pembinaan dan pemberian bekal bagi mereka agar tak lagi kembali ke jalanan.
"Kalau selama ini kan ditertibkan dan dibina saja. Nah kedepan harus ada diberi pelatihan dan lainnya agar mereka tak balik lagi di jalanan," katanya.***
Editor : Ditya Arnanta