KARANGANYAR,iNewskaranganyar.id - Pesona Gunung Lawu menarik banyak pendaki untuk datang dan menikmati keindahannya. Berbeda dengan kebanyakan gunung di Indonesia, Gunung yang memiliki nama asli Wukirmahendra ini memiliki tiga puncak utama.
Dimana, ketiga puncak gunung pemisah dua provinsi ini, Jawa Tengah dan Jawa Timur di percaya sebagai sumber budaya dan sangat di sakralkan oleh sebagian masyarakat Jawa.
Meski saat ini alam di puncak Gunung yang dianggap pakunya pulau Jawa ini dalam kondisi tidak bersahabat, namun pesonanya tidak luntur begitu saja. Daya tariknya tetap di ganrungi para pendaki dan peziarah.
Gunung Lawu banyak menyimpan kisah mistik yang sulit di terima dengan penalaran manusia. Mulai dari lereng hingga puncaknya, aura mistik sangat terasa. Aura mistik yang begitu kuat di gunung ini diakui oleh semua orang yang pernah naik hingga ke puncak Gunung Lawu.
Gunung ini pun dianggap sebagai tempat muksanya atau lenyapnya Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V dan abdi dalem setiannya, Sabdo Palon Naya Genggong.
Konon, Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan (menghilangnya) Prabu Brawijaya, Harga Dumiling diceritakan sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon yang merupakan abdi setia dari Prabu Brawijaya, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang meditasi pagi penganut kejawen. Jadi jangan heran, di Gunung Lawu banyak petilasan dianggap sakral yang dihubungkan dengan Brawijaya V.
Rifan Fernandi salah satu anggota rescue Karanganyar Emergency yang sering kali naik ke puncak Lawu mengaku setiap bulan Suro, banyak pendaki dari berbagai wilayah di tanah Jawa naik. Rifan pun sepakat, Gunung yang menyerupai Budha tidur dari kejauhan ini penuh dengan seribu misteri. Banyak beredar cerita mistis seputar gunung Lawu yang sering mendengar suara aneh di seputar gunung Lawu.
"Sudah jadi rahasia umum, dan sebagai pusat (pusernya) tanah Jawa Lawu sangat cantik dan di selimuti dengan misteri yang tiada habisnya," papar Rifan Fernandi saat ditemui iNewskaranganyar.id, Jumat (30/9/2022).
Rifan Fernandi menyebutkan semua jalur pendakian ke puncak gunung yang memiliki ketinggian 3.265 mdpl penuh dengan misteri. Namun, jalur yang dinilai Rifan Fernandi paling mistis adalah jalur yang melintasi Candi Cetho, Jenawi, Karanganyar.
Salah satu pendaki tengah berfoto ditugu tanda batas akhir ketinggian Gunung lawu (Foto:Ist)
"Ibarat rumah, jalur Candi Cetho ini pintu utama dari Gunung Lawu. Kalau jalur lainnya, seperti Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu bila rumah itu diibaratkan dapur atau belakang,"jelasnya.
Tak heran bila jalur pendakian Candi Cetho, mulai dari Mbah Branti (pos 1), Brakseng (pos 2), Cemoro Dow (pos 3), Penggik (ondorante) pos 4, Bulak Peperangan (pos 5), dan puncak Hargo dalem, memiliki jalur paling ektrim. Jalur ini sangat berat dan sulit untuk di lalui jika tidak mengetahui jalurnya.
Rifan Fernandi menjelaskan di lokasi yang bernama Bulak peperangan sering terdengar suara aneh yang tak berwujud. Menurut cerita yang berkembang, memang lokasi berupa lahan kosong tersebut adalah lokasi terjadinya peperangan antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.
"Di lokasi tersebut, kabarnya jika pendaki bermalam di lokasi tersebut sering mendengar suara keriuhan seperti sedang bertempur," terang Rifan Fernandi.
Selain itu, papar Rifan Fernandi tepat di atas lokasi Bulak Peperangan merupakan Pasar Dieng atau masyarakat menyebutnya pasar setan, yang juga tidak berwujud. Namun yang terdengar hanya suara riuh layaknya orang sedang berada di dalam pasar. Dan lokasi pasar Dieng hanya di tandai dengan tumpukan batu yang berjajar seperti meja.
"Bila beruntung, pendaki akan mendengar suara orang yang menawari untuk memberi dagangannya. Selanjutnya kita tinggal lempar koin atau daun ke arah suara sambil menyebut barang yang kita butuhkan. Dan barang itu langsung ada di depan kita," jelasnya lebih lanjut.
Selain Bulak Peperangan dan pasar Setan, lokasi lainnya adalah Sumur Jalatunda. Dimana di dalam sumur Jalatunda sering terdengar suara suara ombak yang terasa begitu dekat. Padahal lokasi sumur yang berupa gua dengan kedalaman sekitar lima meter ini berada di salah satu puncak Lawu dimana puncak tertingginya berada di ketinggian 3265 mdpl.
Sumur Jalatunda, ungkap Rifan dipercaya sebagai tempat Raja Majapahit terakhir yakni Prabu Brawijaya V menerima wangsit dalam perjalanan menepi menuju puncak Lawu. Dan sampai saat ini sumur Jalatunda sering digunakan masyarakat untuk bersemedi atau bertapa. ***
Editor : Ditya Arnanta