"Tiba-tiba aset Bitcoin yang saya simpan di ledger, dibawa lari dan dipindahkan. Tahun 2018 itu saya hancur lagi. Bahkan harus menanggung beban utang hingga Rp2 miliar untuk mengembalikan saldo para funding," keluhnya.
Untuk membayar utangnya, Fepto pun merintis bisnis baru lagi. Ia membangun perusahaan yang bergerak di jasa pembayaran, e-money dan kripto. Ia berinovasi melakukan pembayaran dengan menggunakan sidik jari dan cincin.
Namun bisnis itu pun tak berlangsung lama, ia kembali harus menelan pil pahit kegagalan. Utangnya pun makin membengkak.
Ia terus bertahan dan mencoba bangkit. Pada September 2020 ia kembali ke bidang startup dengan meluncurkan game application development acceleration. Hebatnya, hanya dalam waktu 5 bulan ia berhasil mendapatkan 1 juta downloader.
"Setiap aplikasi saya release, jumlah downloadernya selalu naik, meskipun tanpa iklan digital. Alhamdulillah, dalam dua tahun saya bisa terbebas dari utang," ungkapnya. Fepto pun memastikan kedepan dirinya akan terus berkreasi dan berinovasi untuk menciptakan karya dan sistem yang mudah dipahami bagi semua pengguna aplikasi.
Editor : Bramantyo