KARANGANYAR,iNews.id - Feby Eki Prasetyo (21) dikenal sebagai seorang young entrepreneur, public speaker, dan startup enthusiast. Namun Feby mengaku sebelum kesuksesan berbisnis digital berhasil diraih, dirinya pernah terlilit utang hingga miliaran.
Feby Eki Prasetyo lahir di Bandar Lampung, Lampung. Fepto (Tyo) biasa dipanggil. Saat ini pemuda ini dikenal sebagai seorang young entrepreneur, public speaker, dan startup enthusiast.
Sebagai young entrepreneur, ia tercatat sebagai founder finger payment and ring payment dan founder game application development acceleration. Melalui tangan kreatifnya, aplikasi yang diluncurkannya tersebut berhasil mendapatkan 1 juta downloader hanya dalam waktu 5 bulan.
Pemilik akun IG @mr.fepto ini mengatakan, jauh sebelum dirinya merengkuh kesuksesan, dirinya mulai mengenal dunia digital sejak masih duduk di bangku SD.
"Waktu itu saya diberi 1 unit laptop oleh papa. Saya mulai menggunakan internet, meski awalnya hanya untuk bermain game saja," ucapnya, Sabtu (22/8/2021).
Namun takdir kemudian mengharuskannya untuk bisa hidup mandiri karena keretakan rumah tangga orang tuanya. Diakuinya, itu terjadi saat ia duduk di kelas 6 SD.
"Saya berpikir pokoknya saya harus bisa hidup mandiri. Ingin sekali rasanya bisa membahagiakan mama," sebutnya.
Masuk SMP ia pun mewujudkan harapannya. Fepto mulai berbisnis saldo game dan kripto. Hasilnya, dia sudah bisa mandiri dan bisa mengisi paket internet sendiri tanpa meminta ke orang tua. Berbisnis kuota ini bahkan dijalankannya hingga masuk ke bangku SMK.
Nah, di saat SMK itulah Fepto semakin mantap mengasah skill oprek-opreknya untuk diimplementasikan ke salah satu provider. Hasilnya memuaskan, sebab produknya kemudian bisa laku keras. Dalam satu bulan, ia bisa mendulang omzet antara Rp30–50 juta. Bahkan, Fepto pun mampu mempekerjakan 7 karyawan.
"Kebijakan 1 SIM-card 1 KTP mengubah bisnis saya. Bisnis kuota saya gulung tikar. Seluruh karyawan diberhentikan," sebutnya.
Fepto memulai kembali bisnisnya dari nol. Lulus sekolah, dia membangun perusahaan yang bergerak di bidang cryptocurrency.
Satu tahun berjalan, hasilnya pun mulai didapat. Omzetnya bahkan telah menyentuh nominal miliaran. Namun, lagi-lagi ujian belum berakhir.
"Tiba-tiba aset Bitcoin yang saya simpan di ledger, dibawa lari dan dipindahkan. Tahun 2018 itu saya hancur lagi. Bahkan harus menanggung beban utang hingga Rp2 miliar untuk mengembalikan saldo para funding," keluhnya.
Untuk membayar utangnya, Fepto pun merintis bisnis baru lagi. Ia membangun perusahaan yang bergerak di jasa pembayaran, e-money dan kripto. Ia berinovasi melakukan pembayaran dengan menggunakan sidik jari dan cincin.
Namun bisnis itu pun tak berlangsung lama, ia kembali harus menelan pil pahit kegagalan. Utangnya pun makin membengkak.
Ia terus bertahan dan mencoba bangkit. Pada September 2020 ia kembali ke bidang startup dengan meluncurkan game application development acceleration. Hebatnya, hanya dalam waktu 5 bulan ia berhasil mendapatkan 1 juta downloader.
"Setiap aplikasi saya release, jumlah downloadernya selalu naik, meskipun tanpa iklan digital. Alhamdulillah, dalam dua tahun saya bisa terbebas dari utang," ungkapnya. Fepto pun memastikan kedepan dirinya akan terus berkreasi dan berinovasi untuk menciptakan karya dan sistem yang mudah dipahami bagi semua pengguna aplikasi.
Editor : Bramantyo