Seperti dilansir iNewskaranganyar.id dari pertanianku, sejarah sapi Limosin mungkin setua benua Eropa itu sendiri.
Zaman prasejarah hanya ada dua bangsa sapi di dunia ini, yaitu Auroch (Bos taurus) di Eropa dan Zebu (Bos indicus) di Asia, Afrika, serta India.
Sapi yang dipilih untuk dipelihara adalah sapi yang mempunyai postur tubuh besar serta otot-ototnya kuat.
Sapi yang besar dan kuat ini dimanfaatkan tenaganya sebagai penarik beban. Sapi-sapi tersebut dikawinkan dengan sapi lainnya yang mempunyai karakteristik sama sehingga turunannya menjadi jauh lebih baik, lebih besar, dan lebih kuat.
Setelah tidak lagi dibutuhkan tenaganya, mereka melakukan pemilihan untuk dikembangbiakkan guna mendapatkan turunan yang lebih baik, lebih besar, dan menghasilkan banyak daging atau karkas (carcasses).
Sejarah sapi limousin dimulai pada periode yang dikenal sebagai Pleistocene (2,6 juta sampai 12.000 tahun yang lalu) ketika banyak megafauna menjelajahi bumi.
Aurochs, nenek moyang dari ternak modern, termasuk salah satu megafauna yang bertahan sampai abad ke-17. Gambar hewan, termasuk Aurochs terdapat pada lukisan gua yang ditemukan pada tahun 1940 di Lascaux di wilayah Dordogne, Perancis.
Lukisan tersebut diperkirakan berusia 17.300 tahun. Karena penampilan mereka, Aurochs yang ada di lukisan tersebut diyakini telah menjadi nenek moyang langsung dari sapi limousin. Adapun bukti tertulis pertama dari keberadaan sapi limousin berasal dari akhir abad ke-18.
Dalam rangka memperbaiki keturunannya, ada upaya menghasilkan strain yang lebih besar dari limousin tahun 1700-an dan 1800-an.
Beberapa peternak limousin mencoba untuk menyilangkan sapi limousin dengan sapi agenais, sapi norman, atau sapi charolais yang memiliki bentuk lebih baik. Hasilnya, terbentuk sapi yang lebih tinggi serta memiliki volume perototan lebih di bagian kaki belakang dan pinggang.
Editor : Ditya Arnanta