KARANGANYAR, iNews.id - Warga Desa Gentungan, Mojogedang, Karanganyar dihebohkan dengan kemunculan para setan di arel persawahan.
Setidaknya, ada 30 jenis setan muncul di sekitar Embung Setumpeng yang ada di Desa Gentungan. Mulai dari hantu pocong, kuntilanak, hingga genderuwo.
Para setan ini secara berkelompok muncul dan bisa dilihat oleh mata telanjang. Mereka menampakan diri secara terang-terangan. Tapi nanti dulu, setan yang muncul di sekitar embung Setumpeng ini bukanlah setan sesungguhnya.
Barisan setan ini yang muncul di areal persawahan di sekitar embung Setumpeng ini, hanyalah mainan belaka untuk menaku-nakuti hama yang biasa menyerang sawah. Seperti tikus dan burung.
Setan sawah ini biasa dipakai petani untuk mengusir hama (Foto: iNewskaranganyar/Bramantyo)
Para setan ini dipasang berbaris di galengan sawah oleh kelompok tani dalam festival memedi sawah yang digelar di sekitar Embung Setumpeng Desa Gentungan Kecamatan Mojogedang Karanganyar.
Agar semakin meriah, barisan setan ini dikirab terlebih dahulu sebelum dipasang ditengah sawah. Munculnya para setan dalam kirab ini menarik perhatian warga masyarakat.
Ketua penggerak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Embung Setumpeng, Hasyim Ashari mengatakan Kirab dan festival memedi sawah ini untuk mengenang petani-petani zaman dulu yang mengusir hama tanaman, khususnya burung. Festival ini sekaligus mengenalkan pertanian pada ke generasi penerus.
"Memedi sawah dalam festival yang merupakan perpaduan atau kolaborasi pertanian zaman dulu dan modern itu juga dilombakan. Diharapkan festival ini bisa menarik perhatian wisatawan,"paparnya.
Koordinator festival, Sugiyarno menambahkan, selain untuk mengenalkan cara para petani zaman dulu dan terkini dalam bercocok tanam, kegiatan festival itu juga untuk mengangkat potensi Desa Gentungan yang saat ini memiliki wisata Embung Setumpeng.
Setan sawah muncul untuk mengusir hama (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)
”Selain memberi edukasi, kami juga memperkenalkan kepada masyarakat luas untuk bisa berkunjung ke Embung Setumpeng,” kata Sugiyarno.
Festival yang berlangsung sejak awal bulan itu ditutup dengan panen padi organik.
Editor : Ditya Arnanta