Mengintip Pertapaan Angker Patung Jelmaan Putri Tanjungsari dan Payung Gilap di Klaten

Herry Honggo
Dua patung kembar jelmaan dari putri bangsawan Kerajaan Majapahit yang bernama Tanjungsari dan Payung Gilap yang lari dari istana (Foto: iNewskaranganyar.id/Herry Honggo)

KLATEN, iNews.id – Menjalani ritual meditasi di Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah, tepatnya di area tanah angker patung jelmaan Putri Tanjungsari dan Payung Gilap, yang berada dibawah Pohon Delima Emas ini banyak gangguan gaib yang terjadi.

Apalagi disekitar tempat itu diwarnai aroma mistis serta bau wewangian dan dupa ratus menambah bulu kuduk gampang berdiri.

“Namun jika semua laku ritual itu berhasil dilalui, niscaya apa yang menjadi niat dan keinginanya bakal terwujud “ ujar Mitro Diharjo, sesepuh warga Desa Dlimas itu.

Pertapaan ini, termasuk belum lama berada di area itu, sebab baru ditemukan pada tahun 1970 an. selain angker memang sering ada kejadian misterius di semak-semak tersebut yang membuat warga setempat takut dan resah.

Seperti munculnya suara-suara wanita merintih layaknya sedang kesakitan. Namun jika dihampiri selalu tak pernah ada wujud nya.

“Hingga suatu saat ada sesepuh desa yang bermimpi atau mendapat petunjuk gaib, agar semak-semak itu dibersihkan tanpa harus takut dengan gaibnya” paparnya.

Ketika secara gotong royong semak-semak itu dibersihkan, ada seseorang yang menemukan dua buah arca didalam gundukkan tanah.

Dengan penemuan dua arca tiban tersebut, suasana menjadi ramai dikunjungi banyak rang, akibat kisah ini tersebar dari mulut kemulut.

“Ditengah-tengah ramainya orang melihat dan berkasak-kusuk menggunjingkan dua arca tiban itu, pada malam harinya sesepuh desa tadi kembali bermimpi, agar dua arca itu dirawat, karena itu jelmaan putri bangsawan (bergelar bekel) dari kerajaan Majapahit yang kabur dari istana” kisah Mitro, tanpa memberi tahu penyebab kaburnya.

Selain itu sesepuh desa itu, juga mendapat bisikan gaib, agar kedua arca itu dipindah (diletakan) dibawah pohon delima emas.

Sejak itu, warga disekitar area tersebut tidak lagi mendengar suara-suara rintihan, sehingga area disekitarnya yang semula sepi, mulai dipadati penghuni dan menjadi kampung tersendiri, kendati belum memiliki nama kampung.

“Dengan perkembangannya, maka kampung yang berlokasi di tanah angker itu dinamakan Desa Dlimas, kepanjangan dari Delima Emas” tambahnya.

Entah dari mana asalnya, dua arca jelmaan, Tanjungsari dan Payung Gilap yang bertengger dibawah pohonDelima Emas itu banyak dikunjungi orang dari luar Desa Dlimas untuk melakukan ritual bertapa (semadi) untuk ngalab berkah, sesuai dengan keinginan masing-masing. Namun rupanya banyak juga yang berhasil.

Hal ini dibuktikan dengan seringnya menggelar nadaran (syukuran) dengan nanggap kesenian tradisional. Misalnya wayang kulit, wayang orang, tayuban, kethoprak dan lain-lain.

Namun bagi warga setempat, melakukan nadaran setahun sekali, tepat pada waktu bulan sura (penanggalan jawa), tepat pada hari Jumat Wage, juga menggelar keramaian berupa kesenian tradisional.

“Karena warga sangat percaya, jika nadaran itu tidak dilakukan, maka warga desa tersebut akan terimpa musibah, mengalami pageblug. Dimana sawah ladangnya akan mengalami gagal panen, entah karena diserang hama tikus, wereng, banjir bandang yang menggenai lahannya.

Editor : Ditya Arnanta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network