KUTBAH JUMAT : 5 Tipe Orang yang Beruntung di Bulan Ramadhan

Ditya Arnanta
Ilustrasi (Mohamed Hassan/Pixabay)

KARANGANYAR,iNews.id - Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah menanamkan keimanan dalam hati kita sehingga mau dan mampu melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Segala puji bagi Allah pula, yang telah menghantarkan kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan di tahun ini dalam keadaan gembira dan sehat wal afiat.

Shalawat dan Salam tetap terlimpahkan untuk nabi junjungan, manusia pilihan, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga kepada istri-istri beliau, para sahabat dan segenap umatnya yang tsiqoh kepada ajarannya hingga yaumil qiyamah.

Mari bersama kita pupuk kembali keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala hingga menjadi subur dan kokoh dalam hati. Karena takwa adalah bekal terbaik untuk menghadap Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya,

… وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“… Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Pertama: Orang tersebut dianggap belum cukup bekal amal shalihnya ketika suatu saat Allah Ta’ala mencabut nyawanya. Atau orang tersebut masih bergelimang dalam kemaksiatan sehingga Ramadhan ini menjadi kesempatan taubat baginya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Apabila telah datang malam pertama bulan Ramadhan, maka setan dan pemimpin-pemimpinnya dibelenggu. Pintu-pintu Surga dibuka dan tidak ada yang ditutup. Lalu ada suara yang berseru, ‘Hai orang yang mencari kebaikan, teruskanlah. Hai orang yang mencari keburukan, berhentilah. Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang dari neraka. Dan itu terjadi pada setiap malam.’” (HR. At-Tirmizi, 3/66; HR. Ibnu Majah, 1/526 No. 1642; HR. Ibnu Hibban, 8/221 No. 3435)

Kedua: Orang tersebut ingin Allah Ta’ala tinggikan derajat kemuliaannya.

Karena setiap kali datang bulan Ramadhan ia senantiasa mengisinya dengan berbagai macam bentuk ibadah dan amal ketaatan. Mereka inilah yang disebut dengan kalangan orang yang beruntung di bulan Ramadhan.

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ

“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka keberuntungan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’du: 29)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…

Seperti dilansir dari Islampos, bulan Ramadhan yang telah menghampiri kita kali ini dan di tahun ini, marilah kita jadikan sarana untuk berlomba supaya kita menjadi orang-orang yang beruntung dalam perniagaan kita dengan penggenggam alam semesta; Allah Azza wa Jalla. Beruntung dalam perniagaan yang artinya kita selamat dari siksa akhirat yang pedih.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaf: 10-11)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…

Lantas, siapa saja orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini?

Pertama: Orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini adalah orang yang mengetahui keutamaan dan nilai bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan kebaikan dan ketaatan kepada Ar-Rahman. Orang beriman berharap akan semua amal-amalnya di bulan ini semuanya ditujukan dalam rangka mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala.

Puasa (menahan lapar dan dahaga) di siang hari, dan berdiri untuk shalat di malam hari juga diperuntukkan kepada Allah Ta’ala, bukan sekedar ikut-ikutan atau karena rasa sungkan kepada orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa puasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan penuh pengharapan, akan diampuni dosanya yang telah terdahulu. Dan barang siapa yang berdiri (shalat) di bulan Ramadhan karena keimanan dan penuh pengharapan akan diampuni dosanya yang telah terdahulu.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Kedua: Orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini adalah orang yang melaksanakan puasa dengan sunguh-sungguh.

Tidak hanya perut yang menahan lapar, akan tetapi juga raga yang menahan dari segala yang dilarang oleh Allah Ta’ala.

Menahan lisan dari berucap kata-kata kotor, dusta, ghibah dan sia-sia. Menahan mata dari memandang yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. Menahan telinga dari mendengarkan yang tidak halal baginya.

Telinga, lisan dan mata berpuasa sebelum berpuasanya perut dan kemaluan, karena seorang mukmin mengetahui bahwa tidaklah sempurna taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala dalam hal meninggalkan syahwat yang diperbolehkan saat tidak berpuasa, hingga ia mampu bertaqarrub kepada Allah Ta’ala dengan cara meninggalkan apa-apa yang larang-Nya di semua keadaaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dan berbuat keji, maka Allah tidaklah butuh ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).” (HR. Al-Bukhari No. 6057)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan dalam sabdanya yang lain,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagiannya kecuali lapar dan dahaga semata, dan berapa banyak orang yang berdiri shalat tidak mendapatkan bagiannya kecuali bergadang saja.” (HR. Ahmad)

Ketiga: Orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini adalah orang yang mendapati hikmah dari ibadah puasa, yakni takwa.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah: 183)

Kata la’alla dalam al-Quran memiliki beberapa makna, di antaranya ta’lil (alasan) dan tarajji ‘indal mukhathab (harapan dari sisi orang diajak bicara).

Dengan makna ta’lil, dapat kita artikan bahwa alasan diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat takwa. Dengan makna tarajji, dapat kita artikan bahwa orang yang berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang bertakwa. (Ad–Durr Al–Masun, As-Samin Al Halabi, 138; Al Itqan Fii Ulumil Qur’an, As-Suyuthi, 504)

Imam At-Thabari menafsirkan ayat ini: “Maksudnya adalah agar kalian bertakwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa. (Jami’ Al–Bayan Fii Ta’wiil al-Quran, Ibnu Jarir Ath-Thabari, 3/413)

Imam Al-Baghawi memperluas tafsiran tersebut dengan penjelasannya: “Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertakwa karena sebab puasa. Karena puasa adalah wasilah menuju takwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat. Sebagian ahli tafsir juga menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul dari makanan, minuman dan jima’.” (Ma’alim At Tanziil, Imam Al-Baghawi, 1/196)

Dalam kitab Tafsir Jalalain dijelaskan dengan ringkas: “Maksudnya, agar kalian bertakwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat.” (Tafsir Al–Jalalain, Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi, 1/189)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…

Keempat: Orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini adalah orang yang bermujahadah dalam melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (berdiri shalat) juga amal-amal shalih.

Seorang mukmin pada hari-hari awal di bulan Ramadhan senantiasa bersungguh-sungguh untuk beribadah, dan kemudian meningkatkan kesungguhannya manakala mendapati sepuluh hari akhir bulan Ramadhan. Ada sebuah kaidah salam syariat,

إِذَا صَلُحَتِ البِدَايَةُ حَسُنَتِ النِّهَايَةُ

“Apabila permulaannya benar maka ia akan mendapati akhir yang baik.”

Orang yang berpuasa hendaknya memiliki amal yang maksimal baik di awal maupun pertengahannya, sehingga ia bisa mendapatkan kekuatan untuk mengakhiri dari ujung-ujung hari Ramadhan dengan amalan terbaik.

Ibunda Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan apa yang dilakukan Nabi pada 10 hari terakhir Ramadhan.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ – أَيْ الْعَشْرُ الْأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ – شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkatkan amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” (HR. Al-Bukhari & Muslim).

Demikianlah Rasulullah meneladankan bagaimana mengisi 10 hari terakhir Ramadhan. Berusaha semaksimal mungkin fokus dalam ibadah dan memutus sementara waktu dengan segala urusan keduniawian.

Terlebih dalam rentang 10 hari terakhir Ramadhan itu ada yang namanya Lailatul Qadar, satu malam yang nilainya setara dengan 1000 bulan alias 83 tahun, bahkan pada hakikatnya, jauh lebih baik dari angka tersebut. 10 hari terakhir mesti menjadi puncak usaha umat Islam dalam ibadah, yang awalnya sebatas hatam al-Quran, sekarang bagaimana hatam dan paham maknanya agar proses menuju tangga takwa kian mudah untuk digapai.

Kelima: Orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini adalah orang yang berpuasa dengan memperbanyak tilawatul qur’an.

Ramadhan adalah bulan al-Quran, karena pada bulan ini al-Quran yang berisi petunjuk dan penjelasan diturunkan oleh Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

… شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ…

“…Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil…” (QS Al-Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, Allah menyanjung bulan puasa dibandingkan bulan-bulan lainnya yaitu dengan memilihnya sebagai waktu diturunkannya al-Quran Al-‘Azhim.

Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling agung dan akan terus nampak hingga akhir zaman. Keberkahannya terus mengalir dan tak akan pernah terputus.

Sebuah kitab suci yang akan selalu membimbing seorang muslim menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang menjadikannya imam, akan selamat dengan izin Allah, namun siapa yang tak menghiraukannya, maka cepat atau lambat kebinasaan akan menghampirinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اقْرَؤوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah al-Quran, sebab pada hari kiamat ia akan datang sebagai pemberi syafaat bagi pengembannya.” (HR. Muslim)

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
 

Editor : Ditya Arnanta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network