KARANGANYAR,iNews.id - Khutbah jumat kali ini mengangkat tema tentang Penghinaan terhadap Nabi dan hukumannya seperti dilansir iNewskaranganyar.id dari pabrikjammasjid.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Penghinaan Terhadap Nabi Dari Masa Ke Masa
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Nabi pernah bersabda dalam sebuah hadits yang shahih bahwa manusia yang paling keras cobaannya adalah para Nabi. Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, orang seperti apakah yang paling berat musibahnya (cobaannya)?” Nabi bersabda,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji (dengan musibah) sesuai dengan (kualitas) agamanya. Apabila agamanya kukuh, maka ujiannya akan semakin berat. Apabila agamanya lembek, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Musibah akan senantiasa menimpa seorang hamba hingga musibah tersebut membiarkannya berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
[Hadits riwayat At- Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan hadits ini shahih.]
Kita sudah sama-sama mengetahui secara garis besar bahwa para nabi itu bertingkat-tingkat derajatnya di sisi Allah.
Ada sekelompok Nabi yang memiliki derajat tertinggi di sisi Allah yang dikenal dengan Ulul ‘Azmi, yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad shalawatullah wa salamuhu ‘alaihim.
Dari para nabi yang masuk kategori Ulul ‘Azmi ini yang terbaik kualitasnya di sisi Allah Ta’ala adalah Nabi kita Muhammad.
Beliaulah penutup para Nabi dan rasul namun menjadi pemimpin seluruh keturunan Adam ‘alahis salam. Surga tidak akan dibuka untuk seorang pun sebelum beliau yang meminta untuk dibuka. Derajat yang sedemikian agung ini pasti berbanding lurus dengan cobaan yang beliau alami.
Di antara sekian banyak cobaan yang Nabi alami adalah berbagai macam bentuk penghinaan kepada dirinya. Penghinaan ini bahkan tidak hanya semasa beliau hidup. Namun sampai sekarang pun di abad 21 penghinaan terhadap beliau masih terjadi.
Secara sekilas coba kita lihat beberapa bentuk penghinaan yang pernah menimpa beliau sejak di masa Mekkah hingga era milenial sekarang ini.
1. Penghinaan terhadap Nabi saat di Makkah
Saat masih lemah dan tertindas di Mekah, Nabi Muhammad mengalami begitu banyak penghinaan. Semua penghinaan itu diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Quran sebagai bagian dari pelajaran untuk setiap orang yang mengikuti jalan hidup beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Di antaranya adalah
Dituduh sebagai penyair
بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ
Bahkan mereka berkata (pula): “(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus”. [Al-Anbiya’: 5]
Dituduh sebagai tukang sihir
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila”. [Adz-Dzariyat: 52]
Disebut sebagai orang gila
وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ
Mereka berkata, ”Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.” [Al-Hijr: 6]
Saat di Mekah Nabi dan kaum Muslimin dalam kondisi lemah. Semua bentuk penghinaan tersebut dibiarkan saja dan tidak ada tindakan sama sekali dari kaum Muslimin.
2. Penghinaan terhadap Nabi saat di Madinah
Di masa Nabi sudah hijrah di Madinah dan kaum Muslimin dalam posisi yang kuat secara politik maupun militer, ternyata tetap ada orang-orang yang berani menghina Nabi.
Imam Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang wanita Yahudi yang dibunuh oleh seorang sahabat nabi karena telah menghina Nabi Muhammad .
Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Ad-Daruquthni dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, disebutkan ada seorang budak wanita yang suka menghina Nabi.
Tuan dari budak wanita tersebut adalah orang yang buta dan sudah menegurnya bukan cuma sekali namun diabaikan. Budak tersebut tetap saja suka mencaci dan menghina Nabi. Akhirnya, budak tersebut dibunuh oleh tuannya.
Dalam kedua kasus tersebut Nabi tidak mengambil tindakan hukum sama sekali kepada kedua sahabat Nabi yang melakukan pembunuhan terhadap pelaku penghinaan kepada Nabi. Ini menunjukkan bahwa darah orang yang menghina Nabi itu tumpah sia-sia.
3. Penghinaan terhadap Nabi di era Khilafah Utsmaniyah
Di masa kekuasaan Sultan Abdul Hamid II, di Eropa sempat terjadi beberapa upaya penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan agama Islam melalui pementasan drama.
Sultan Abdul Hamid II berusaha keras untuk melarang drama teater yang menargetkan Nabi Muhammad dan Islam di Perancis selama Zaman Pencerahan melalui kedutaan Turki di benua Eropa.
Sultan Abdul Hamid II adalah seorang sultan yang berlangganan hampir semua surat kabar Eropa dan membacanya dalam upaya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia.
Penyair Prancis terkenal, dramawan Marquis Henri de Bornier menulis sebuah drama berjudul “Mahomet” (“Muhammad”), yang memuat pernyataan yang merendahkan tentang Nabi Muhammad dan Islam.
Setelah membaca di sebuah surat kabar Perancis bahwa lakon ini akan dipentaskan di Paris. Sultan Abdul Hamid II segera mengirimkan surat instruksi ke kedutaan Utsmaniyah di Paris pada tahun 1888.
”Melihat bahwa karya teatrikal yang ditulis melawan Islam akan dipentaskan di Teater Comedie-Française di Paris, jelas bahwa pertunjukan semacam itu -yang akan berdampak buruk bagi umat Islam- tidak akan disetujui oleh negara Perancis.” Demikian bunyi surat itu. Ini sebuah upaya pencegahan dengan pendekatan diplomatik yang lembut.
Duta Besar Khilafah Utsmaniyah untuk Paris, Mahmud Esad Pasha bertemu dengan para birokrat Prancis. Usahanya terbukti berhasil dalam menunda pementasan drama tersebut selama setahun. Namun, pada bulan Maret 1890, krisis diplomatik pecah ketika Comedie-Française memasukkan kembali drama itu ke dalam daftar judul drama yang akan dipentaskan.
Kementerian Luar Negeri Perancis menyatakan bahwa tidak ada elemen dalam drama tersebut yang melawan Islam dan Nabi Muhammad. Dia memastikan bahwa drama itu tidak akan dipentaskan di Aljazair dan Tunisia, yang merupakan koloni Perancis saat itu.
Sementara itu, Sultan Abdul Hamid II secara pribadi bertemu dengan Gustave Olivier Lannes de Montebello, duta besar Prancis untuk Istanbul. Beliau bersikeras agar drama tersebut dihapus.
Setelah duta besar yang cerdik itu memperingatkan Perdana Menteri Charles de Freycinet, pementasan drama itu dilarang oleh pemerintah, tidak hanya di Comedie-Française tetapi di seluruh Prancis.
Perlu diketahui, ini bukan satu-satunya drama yang berisi penghinaan kepada Nabi dan Islam yang hendak dipentaskan di Eropa saat itu. Ada drama lain yang bermuatan penghinaan kepada Nabi dan Islam yang hendak dipentaskan di Italia dan Inggris di waktu yang berbeda.
Semuanya berhasil digagalkan untuk pentas di publik dengan upaya dari Sultan Abdul Hamid II. Nabi Muhammad terpelihara kehormatannya dan Islam berwibawa karena ada kekuatan yang sanggup melindunginya.
4. Penghinaan terhadap Nabi dimasa kini.
Ketika kekuatan itu akhirnya berhasil dilenyapkan pada bulan Maret 1924, maka berbagai penghinaan kepada Nabi dan agama Islam terjadi di berbagai penjuru dunia.
Di Indonesia sendiri sebagai negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia pernah terjadi penghinaan terhadap Nabi . Namun pelakunya sudah dijatuhi hukuman sesuai aturan hukum yang ada di sini.
Di tahun 2015 di Perancis terjadi penghinaan terhadap Nabi dalam bentuk pembuatan gambar kartun Nabi Muhammad di sampul depan majalah satire Charlie Hebdo.
Hal ini mengakibatkan terjadinya serangan terhadap kru majalah itu oleh dua pemuda muslim yang dicurigai bagian dari Al Qaeda. 12 orang tewas akibat serangan tersebut.
Meski demikian, pihak majalah tersebut mengulang penerbitan kartun Nabi Muhammad di majalahnya pada tahun 2020. Banyak sekali kecaman dilontarkan kepada mereka oleh berbagai organisasi Islam dan tokoh terkemuka dunia islam.
Namun mereka bergeming. Akhirnya hal itu memicu reaksi keras seorang pemuda muslim yang membunuh seorang guru sekolah di Perancis. Akhirnya gemparlah dunia dengan kejadian tersebut.
Hukum Menghina Nabi
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya hukum menghina Nabi dalam syariat Islam? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus merujuk kepada keterangan para ulama ahli fikih karena merekalah yang memiliki otoritas ilmiah dalam menentukan status hukum sebuah perbuatan ditinjau dari hukum syariat.
Qadhi ‘Iyadh rahimahullah menyatakan bahwa semua orang yang mencaci Nabi Muhammad atau menyalahkan atau menyatakan ketidaksempurnaan sifat-sifatnya dalam hal pribadi, garis nasabnya, agamanya, sifat-sifatnya yang lain atau menyatakan secara tidak langsung terhadap hal-hal tersebut apakah berupa makian, hinaan atau pelecehan atau merendahkannya atau menegaskan kesalahan pada dirinya atau menfitnahnya, maka hukum atas orang tersebut sepadan dengan hukum orang yang mencacinya, yakni orang tersebut harus dihukum mati.
Abu Bakar ibnu Munzhir berkata bahwa sebagian besar ahlul ilmi (ulama) telah sepakat bahwa siapa pun yang mencaci Nabi wajib dihukum mati. Mereka antara lain Malik bin Anas, al-Laits, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, dan pendapat ini merupakan mazhab Syafi’i.
Pandangan serupa juga disampaikan Abu Hanifah dan pengikutnya, al-Tsauri dan warga Kufah dan al-Auza‘i mengenai orang-orang muslim yang melakukan perbuatan tersebut, dan mereka menyatakan bahwa orang muslim tersebut telah murtad.
Di antara dalil yang menunjukkan hukuman bagi penghina Nabi itu dibunuh adalah hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
أَنَّ يَهُودِيَّةً كَانَتْ تَشْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقَعُ فِيهِ ، فَخَنَقَهَا رَجُلٌ حَتَّى مَاتَتْ ، فَأَبْطَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَمَهَا
”Ada seorang wanita yahudi yang menghina Nabi, dan mencela beliau. Maka seorang sahabat mencekik wanita tersebut sampai mati. Namun Nabimenggugurkan hukuman atas darah wanita tersebut.” [Hadits riwayat Abu Daud 4362 ]
Bentuk-Bentuk Menghina Nabi
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Apa sajakah hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai bentuk penghinaan terhadap Nabi? Pengetahuan tentang hal ini secara lengkap dan berdasarkan keterangan dari ahli ilmu agama akan memberikan jaring pengaman kepada kita agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang sangat membahayakan akidah seorang Muslim tersebut.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam bukunya As-Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul, telah menjelaskan kriteria tindakan menghina Nabi Muhammad, ”Kata-kata yang bertujuan melecehkan dan merendahkan martabatnya, sebagaimana dipahami kebanyakan orang, terlepas perbedaan akidah mereka, termasuk melaknat dan menjelek-jelekkan.” (ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul, I/563).
Al-Qadhi ‘Iyadh, dalam kitabnya, Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Musthafa, menjelaskan bentuk-bentuk penghinaan kepada Nabi, ”Orang yang menghina Rasululah adalah orang yang mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasul ada kekurangan, mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya.
Selain itu, juga menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia, menentang atau mensejajarkan Rasululah dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, merendahkan, menjelek-jelekkan dan mencari-cari kesalahannya. Orang seperti ini termasuk orang yang telah menghina Rasul.” [Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Musthafa, hal. 428]
al-Qadhi ‘Iyadh juga mengatakan ketika seseorang menyebut Nabi dengan sifatnya, seperti “anak yatim” atau “buta huruf”, meski ini merupakan sifat Nabi, tetapi jika penyebutan tersebut bertujuan untuk menghina Nabi atau menunjukkan kekurangan Nabi, maka orang tersebut sudah layak disebut menghina Nabi.
Sesuatu yang menyebabkan seorang ulama sekaliber Abu Hatim at-Thailathali difatwakan fuqaha Andalusia untuk dibunuh. Hal yang sama dialami oleh Ibrahim al-Fazari, yang difatwakan oleh fuqaha Qairuwan dan murid Sahnun untuk dibunuh. [Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Musthafa, hal. 430].
Akibat Menghina Nabi
Jamaah Jumat rahimahullah,
Dalam sejarah Islam banyak terdapat kisah shahih tentang akibat buruk yang menimpa para penghina Nabi Muhammad . Hal ini menegaskan bahwa Allah Ta’ala telah menjamin untuk membalas bagi Nabi-Nya , dan melindunginya dari orang-orang yang menghinanya.
Hal ini terus berlangsung hingga hari kiamat sebagai bentuk kebenaran firman Allah Ta’ala,
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ
Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). [Al-Hijr: 95]
Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan tafsir ayat ini sebagai berikut:
”Ini adalah janji dari Allah kepada Rasul-Nya bahwa para penghina dirinya itu tidak akan membahayakannya. Allah akan memeliharanya dari kejahatan mereka dengan memberikan berbagai hukuman yang Allah kehendaki.
Dan Allah Ta’ala telah melakukannya. Tidaklah seseorang menampakkan penghinaan kepada Rasulullah kecuali Allah membinasakannya dan membunuhnya dengan pembunuhan yang buruk.”
Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah kisah dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Dahulu ada seorang Nasrani yang masuk Islam. Dia menghafal surat Al-Baqarah dan Ali Imran. Dia menulisnya untuk Nabi. Kemudian dia kembali murtad menjadi Nasrani.
Nasrani tersebut berkata, ”Muhammad tidak tahu apa pun kecuali apa yang kutulis untuknya. Setelah itu Allah mematikannya. Orang-orang Nasrani menguburnya. Ternyata bumi memuntahkannya (tidak menerimanya) .
Orang-orang Nasrani itu berkata, ”Ini kelakuan Muhammad dan para sahabatnya karena dia lari dari mereka. Mereka membongkar kuburan sahabat kita ini lalu melemparnya.” Maka mereka menggali lagi lebih dalam untuk menguburnya.
Ternyata bumi memuntahkannya lagi. Mereka berkata, ” Ini kelakuan Muhammad dan para sahabatnya karena dia lari dari mereka. Mereka membongkar kuburan sahabat kita ini lalu melemparnya.” Lalu mereka menggali lagi kuburan itu lebih dalam lagi semaksimal kemampuan mereka.
Ternyata bumi memuntahkannya lagi. Akhirnya, tahulah mereka bahwa ini bukanlah ulah manusia. Lantas mereka membuangnya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ”Ini sudah keluar dari kebiasaan. Hal ini menunjukkan kepada setiap orang bahwa ini adalah sanksi bagi apa yang dia katakan dan bahwa dia adalah seorang pendusta, karena umumnya orang yang meninggal tidak tertimpa hal ini.
Dan kejahatan ini lebih besar dari sekedar murtad karena orang-orang yang murtad tidak mengalami hal seperti ini. juga menunjukkan bahwa Allah membalas untuk Rasul-Nya terhadap orang yang menghinanya serta menjayakan agama-Nya dan menampakkan kedustaan pendusta…”
Kisah tentang Kisra (Raja Persia) dan Kaisar (raja Romawi) yang terkenal bersama Nabi sangat layak untuk diperhatikan. Nabi telah menulis surat kepada keduanya untuk masuk Islam. keduanya menolak untuk masuk Islam. Akan tetapi Kaisar memuliakan surat dari Nabi dan utusannya maka Allah meneguhkan kerajaannya.
Sementara Kisra merobek surat Nabi dan menghinanya maka Allah membinasakannya tidak lama setelah itu. Allah menghancurkan kerajaannya. Jadi setiap orang yang membenci dan memusuhi Nabi maka Allah akan memutus sumbernya, menghapus penglihatannya dan jejaknya. Ini merupakan perwujudan dari firman Allah Ta’ala,
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. [Al-Kautsar: 3]
Perlu diketahui bahwa penjagaan Allah terhadap Nabi-Nya dari orang-orang yang menghinanya atau menyakitinya tdak sebatas berupa menghancurkan pelakunya dengan menimpakan sebuah bencana semata.
Namun bentuk-bentuk pemeliharaan dan pembelaan-Nya bermacam-macam dan banyak bentuknya. Tidak ada yang mengetahui tentara Allah kecuali Allah Ta’ala sendiri. Sehingga akan panjang ceritanya bila mendetailkan persoalan ini. apa yang disampaikan tadi sekedar contoh saja.
Tindakan Yang Perlu Dilakukan Kaum Muslimin Bila Nabi Dihina Oleh Orang Kafir Di Negara Barat
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Apa peran yang bisa kita lakukan bila terjadi penghinaan terhadap Nabi sebagaimana dalam kasus majalah satire Charlie Hebdo di Perancis misalnya.
Menurut Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk merespon kejadian berupa penghinaan terhadap Nabi oleh orang-orang kafir di negara Barat di masa sekarang adalah:
Kita harus mengecamnya dengan keras, masing-masing dari kita sesuai dengan kemampuannya, dengan mengirimkan surat dan artikel, atau menelepon, ke pemerintahan mereka, departemen luar negeri, dan berbagai surat kabar.
Kita harus menuntut permintaan maaf yang jelas dan tulus dari mereka, bukan penipuan atau pembenaran atas kejahatan tersebut yang mereka namakan dengan apologi.
Kita tidak menginginkan permintaan maaf karena menghina kaum Muslimin. Namun kita menginginkan pengakuan kesalahan dan permintaan maaf atas kesalahan itu.
Kita harus meminta mereka untuk menghukum para penjahat atas kejahatan mereka.
Kita juga harus meminta mereka untuk menghentikan permusuhan pemerintah mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Menerjemahkan buku-buku yang menyeru kepada Islam ke dalam bahasa mereka, dan buku-buku yang mengenalkan tentang Islam dan Nabi Islam, dan sejarah hidupnya yang baik dan harum semerbak.
Kita harus membeli waktu di program-program radio dan televisi untuk membela Nabi, yang harus dibawakan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mendalam, yang tahu bagaimana berbicara dengan meyakinkan kepada orang Barat. Dan orang semacam ini ada banyak jumlahnya, alhamdulillah.
Kita harus menulis artikel dengan kata-kata yang kuat untuk dipublikasikan di majalah, surat kabar dan situs web dalam berbagai bahasa.
Berkenaan dengan boikot produk mereka, jika boikot akan berdampak pada mereka – dan inilah yang sebenarnya terjadi – lalu mengapa kita tidak memboikot mereka dan mencari perusahaan lain sebagai ganti yang dimiliki oleh kaum Muslimin?
Kita harus melawan serangan jahat terhadap Islam dan Nabinya; dengan menjelaskan keindahan Islam dan kesesuaian Islam dengan logika yang sehat, dan membantah syubhat dari para penjahat tersebut.
Kita harus berpegang teguh dengan Sunnah dan mengikuti petunjuk Nabi dalam segala hal, dan bersabar dalam melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. [Ali Imran: 120]
Kita harus berusaha untuk mendakwahi orang-orang ini, karena meskipun kita melihat mereka melalui pandangan marah dan murka, namun kita juga melihat mereka dengan pandangan belas kasih, karena mereka akan segera mati dan akan termasuk penghuni Neraka, jika mereka mati dalam keadaan ini.
Jadi kita harus mendakwahi mereka kepada Islam dan keselamatan, sebagai bentuk belas kasihan dan kasih sayang terhadap mereka. Kita memohon kepada Allah agar menjayakan agama-Nya dan menolong para wali-Nya, dan mempermalukan musuh-musuh-Nya.
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. [Yusuf: 21]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Akibat Meremehkan Peringatan Nabi
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Menghina nabi Muhammad jarang dilakukan oleh seorang Muslim. Namun menyepelekan atau mengabaikan peringatan Nabi tentang sesuatu sering terjadi pada seorang Muslim. Terutama saat muslim tersebut merasa peringatan Nabi itu tidak bakalan terjadi karena dianggap sekedar menakut-nakuti.
Sebagai contoh adalah larangan Nabi bagi makmum untuk mendahului gerakan Imam. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (659) dan Muslim (427) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi bersabda,
أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ
”Apakah seseorang diantara kalian tidak takut apabila ia mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah akan rubah bentuknya menjadi bentuk keledai ?”
Berkaitan dengan hadits ini terdapat sebuah kisah yang diriwayatkan dari salah seorang ahli hadits bahwa dia melakukan perjalan ke Damaskus (Suriah) untuk mengambil hadits dari seorang Syaikh yang terkenal di sana.
Sang ahli hadits tersebut berkata, ”Syaikh tersebut membacakan sejumlah hadits namun dia memasang hijab antara diriku dengan dirinya sehingga wajahnya tidak terlihat.” Setelah mulazamah (belajar tatap muka) itu berlangsung lama dan syaikh tersebut melihat minatnya yang sangat kuat terhadap hadits, Syaikh tersebut membuka tirai maka ahli hadits tersebut melihat wajah syaikh tersebut adalah wajah himar.
Syaikh tersebut berkata kepadanya,
احذر يا بني أن تسبق الامام؛ فإني لما مر بي الحديث – يعني: حديث أبي هريرة السابق – استبعدت وقوعه؛ فسبقت الإمام، فصار وجهي كما ترى! والله تعالى أعلم
”Hati-hatilah wahai anakku! Jangan sampai kamu mendahului imam. Sesungguhnya saat aku mendapati hadits tersebut – yaitu hadits Abu Hurairah tadi- aku mengabaikan terjadinya hal itu. Lantas aku mendahului imam. Maka wajahku menjadi seperti yang kamu lihat!. Wallahu Ta’ala A’lam.
Kisah ini terdapat dalam kitab Fathul Mulhim Syarh Shahih Muslim (2/64) dan Tuhaftul Ahwadzi Bisyarh Jami’ At-Tirmidzi (3/152) serta Miratul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih (4/252)
Doa Penutup
Demikian penjelasan khutbah tentang bahaya menghina Nabi dan sunnahnya dalam Syariat Islam. Semoga menjadi perhatian bagi kita semuanya. marilah kita akhiri Khutbah ini dengan berdoa kepada Allah Ta’ala.
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait