SOLO, iNewskaranganyar.id - Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (FT UNS) menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat riset terapan berbasis teknologi mendalam (deep tech).
Dalam gelaran simposium internasional bertajuk Symposium on REAP, Rabu (21/5/2025), kampus ini menghadirkan enam inovasi unggulan sekaligus membuka pintu kolaborasi dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan mitra industri nasional.
Acara yang berlangsung di Gedung 4 FT UNS ini tak hanya memamerkan hasil riset, tetapi juga menjadi ajang strategis untuk menjembatani universitas dengan dunia usaha.
Tiga narasumber utama dari MIT REAP Indonesia turut hadir langsung: Subakat Hadi (Pendiri Wardah Cosmetics), Salman Subakat (Champion Program MIT REAP), dan Marina Kusumawardhani (Project Manager MIT REAP).
“Ini bukan sekadar forum akademik. Kami ingin mempertemukan peneliti dengan industri secara langsung, agar inovasi bisa lebih cepat masuk ke pasar,” ujar Dekan FT UNS, Prof Wahyudi Sutopo, saat ditemui di lokasi acara, Rabu (21/5/2025).
Enam Inovasi, Enam Solusi
Dalam sesi presentasi, enam peneliti FT UNS memaparkan proyek riset yang tengah dikembangkan.
Dari pengembangan baterai graphene-lithium, sistem swap baterai untuk kendaraan listrik, hingga alat bantu pasien stroke berbasis exoskeleton.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah riset milik Prof. Dr. Joko Triyono yang mengembangkan implan tulang melalui teknologi cetak 3D berbasis citra CT-Scan dan MRI. Sementara itu, Prof. Agus Purwanto memamerkan baterai kinerja tinggi yang menggunakan graphene dan sodium-ion sebagai solusi energi masa depan.
Adapun Anatta Wahyu Budiman mengangkat isu lingkungan lewat riset konversi CO2 menjadi metanol.
“Kami mencari cara agar emisi bisa dikurangi dan sekaligus dimanfaatkan kembali,” ujarnya.
Dukungan Industri: Lebih dari Sekadar Mitra
Yang membuat simposium ini berbeda adalah keterlibatan langsung mitra industri dalam proses riset.
Sejumlah perusahaan seperti PT Pertamina, PT CNC Controller Indonesia, dan PT Bengawan Synergy Meditech menjadi kolaborator aktif dalam proyek-proyek tersebut.
Perwakilan industri yang hadir memberikan masukan teknis dan bisnis terhadap arah riset. Kolaborasi ini dinilai penting agar penelitian tak berhenti di meja laboratorium, melainkan bisa dihilirisasi ke produk nyata.
“Industri butuh solusi konkret, dan kampus punya potensi itu. Tinggal bagaimana mempercepat koneksinya,” ungkap Salman Subakat dari MIT REAP.
Menuju Riset Global
MIT REAP sendiri merupakan program global dari MIT Sloan School of Management yang bertujuan membangun ekosistem kewirausahaan berbasis bukti.
Kehadiran MIT dalam acara ini membuka peluang FT UNS untuk terkoneksi secara global, termasuk potensi kerja sama lanjutan dengan universitas kelas dunia seperti Harvard dan MIT sendiri.
“Kami mendorong agar riset FT UNS tak hanya berdampak lokal, tapi bisa bersaing di tingkat internasional,” ujar Marina Kusumawardhani.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait
