SOLO, iNewskaranganyar. id - Bagi masyarakat Solo Raya, nama Bus Raya bukan sekadar merek transportasi.
Ia adalah simbol kenyamanan, keandalan, dan kebanggaan yang telah menemani perjalanan lintas kota selama beberapa dekade.
Namun, tahukah Anda bahwa di balik setiap armada bus yang melaju mulus, tersembunyi sebuah kisah perjuangan dan visi dua bersaudara dari Sukoharjo, Jawa Tengah?
Dikutip iNewskaeanganyar.id dari Wikipedia, semuanya berawal pada tahun 1959, ketika Witikno dan adiknya, Ranu Wijaya, menancapkan fondasi bisnis transportasi dengan mendirikan Radar, sebuah perusahaan truk.
Siapa sangka, langkah kecil ini menjadi cikal bakal lahirnya ikon transportasi darat yang kita kenal sekarang.
Titik balik terjadi pada tahun 1962, saat dua unit truk pertama dengan nama Raya dibeli. Nama yang terinspirasi dari lokasi pembeliannya yang strategis di Jalan Raya Barat Bandung ini kelak akan mengukir sejarah panjang di dunia transportasi Indonesia.
Dari Truk ke Bus: Transformasi Berani Demi Kenyamanan Penumpang
Keputusan berani diambil pada tahun 1967. Modal dari penjualan truk digunakan untuk mengakuisisi satu unit bus Dodge dari perusahaan Suka Mulya di Sukabumi.
Inilah momen krusial yang menandai transisi dari bisnis truk menuju layanan angkutan bus antarkota. Setahun kemudian, nama Suka Mulya pun bertransformasi, mengadopsi nama yang kini melegenda: Raya.
Era baru layanan bus malam dimulai pada tahun 1982, dengan rute perdana yang menghubungkan Solo, Semarang, dan Jakarta. Empat unit bus Mercedes-Benz OF 1113 mesin depan menjadi andalan, menawarkan pilihan kelas non-AC dan AC VIP dengan konfigurasi 28 tempat duduk yang hingga kini dipertahankan sebagai ciri khas kenyamanan Bus Raya.
Ekspansi dan Kepemimpinan yang Menginspirasi
Perkembangan pesat membawa Raya mengakuisisi perusahaan bus Sedya Utama pada tahun 1988, yang kini melayani rute penting Yogyakarta-Solo. Meski sempat mencoba rute Solo-Jakarta via Yogyakarta, fokus utama Raya tetap pada kualitas layanan dan kenyamanan penumpang.
Setelah kepergian salah satu pendiri, Witikno, pada tahun 2000, tongkat estafet kepemimpinan beralih ke tangan Ranu Wijaya bersama Nata Laksana, putra Witikno. Hingga pada tahun 2004, Ranu Wijaya mempercayakan sepenuhnya masa depan perusahaan kepada Nata Laksana.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait
