KARANGANYAR, iNewskaranganyar. id - Endang Sri Lestari, guru pengajar di SMA 1 Negeri Karanganyar berhasil meraih nilai yudisium sidang terbuka dengan kategori pujian dan IPK 3,89.
Prestasi ini diraihnya setelah mempertahankan disertasinya di ruang sidang Pascasarjana Univeritas Sebelas Maret (UNS).
Endang mengangkat disertasi berjudul "Pengembangan Model Pembelajar IEB (Inkurikukum Etnobotani) Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Siswa."
Ia mengaku tertarik mengangkat disertasi itu karena konten materi etnonotani ini sebenarnya sudah membudaya di masyararakat seperti empon-empon (tanaman jamu).
"Sayangnya anak-anak justru banyak yang tidak tertarik dan kadang banyak yang tidak mengenalinya apa itu empon-empon," lanjut guru mapel biologi ini.
Bahkan saat ditanyakan apa itu kunir (kunyit) dan jenis lainnya ternyata banyak yang tidak tahu. Jika dibiarkan dan diabaikan, semakin lama generasi Z ini semakin tidak tahu dan akan hilang.
"Tidak hanya dalam konten secara materi tetapi mereka jug tidak mau memanfaatkan kekayaan alam tersebut hingga akhirnya akan punah," imbuhnya.
Endang mulai mengajar di SMAN I Karanganyar ini sejak 2003 hingga saat ini. Pastinya pencapaian menjadi kebanggaan tersendiri, dan tentunya menjadi kebanggaan juga bagi SMAN I Karanganyar tempat dirinya mengabdikan diri sebagai seorang pengajar
Wanita kelahiran Karanganyar, 14 Agustus 1976 ini menuturkan, pencapaian yang diperoleh ini penuh perjuangan. Tahun 2020 mendaftar di program Doktoral Pendidikan IPA UNS Solo.
Endang sendiri yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN I Karanganyar mengaku motivasi dirinya lanjut di program Doktoral karena dirinya ingin lebih kompeten lagi di dunia pendidikan.
"Dengan cara untuk belajar yang benar-benar memiliki legalitas dan memiliki kualitas yang baik," ucap alumni Guru Penggerak ini.
Dirinya terus berupaya membangun dan mengenalkan bahwa literasi lingkungan itu penting. Salah satunya dengan cara mengenalkan etnobotani pada anak-anak.
"Terlebih lagi kurikulum yang sekarang ini tidak mengangkat tema itu. Sehingga saya buat terobosan baru dengan mengangkat tema itu dan saya mengimplementasikan dan adaptasikan dalam materi yang saya buat," ucapnya.
Jika tidak dikenalkan, nanti generasi Z bisa blank dan sama sekali tidak mengenal tambahan tersebut. Padahal ini kekayaan alam Indonesia dan bisa dikenal dunia salah satunya karena tanaman etnobotaninya.
"Indonesia memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Sayang kita belum bisa memanfaatkan secara optimal. Jadi generasinyalah yang mulai kita didik dan kenalkan agar mereka mulai peduli , karena itu kita kenalkan literasi lingkungan," tegasnya
Desertasi Pengembangan Model Pembelajaran Etno Botani Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Siswa ini lolos setelah melewati uji dari belasan profesor yang kompeten dibidangnya.
Diantaranya Prof Sajidan yang juga selaku promotor S3. Kemudian ada Prof Fitria Ko Promotor 1 dan Doktor Meti Indrawati selaku Ko Promptor 2 dan penguji lainnya.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait