JAKARTA, iNewskaranganyar.id - Bunyi burung Perkutut bagi masyarakat Jawa memiliki lambang tersendiri. Apalagi bila burung perkutut itu mengeluarkan suara pada malam hari. Tak heran, sejak zaman dahulu, burung perkutut lokal sering dikaitkan dengan hal-hal gaib.
Banyak mitos tentang burung perkutut yang turun temurun di masyarakat. Karena cerita tersebut, sebagian masyarakat merasa takut untuk memelihara hewan itu.
Namun ada juga tradisi masyarakat Jawa, burung perkutut jadi salah satu simbol kesempurnaan seorang laki-laki yang sudah mapan.
Perkutut juga disimbolkan sebagai pencipta ketentraman batin bagi pemiliknya. Suara anggungannya yang merdu membuat kita merasa tenang, teduh, dan membawa kebahagiaan seolah-olah dapat menghubungkan para penikmatnya dengan alam semesta secara langsung.
Nah kali ini iNewskaranganyar akan merangkum mitos burung perkutut di kalangan masyarakat Jawa seperti dilansir dari Okezone yang merangkum dari kanal YouTube Harta Langit Channel :
1. Mitos perkutut berubah jadi ular
Cerita perkutut yang berubah menjadi ular sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat, terutama penggemar perkutut lokal. Meskipun sering dibicarakan, namun perkutut yang berubah menjadi ular ini masih dipertanyakan. Sebab secara logika tentunya hal itu mustahil terjadi karena perkutut dan ular dua hewan yang berbeda.
Namun kalau bicara gaib hal itu bisa saja terjadi. Kalau mengamati corak ada beberapa kemiripan dari sisik ular. kemungkinan warna dan lurik dari perkutut merupakan tameng untuk terhindar dari bahaya, perkutut bisa berkamuflase jadi ular saat keadaan tertentu. Jadi mungkin saja tidak benar-benar berubah hanya mengelabui dari bahaya dan berkamuflase seperti ular.
2. Burung perkutut bisa hidup di dua alam
Mitos selanjutnya adalah burung perkutut bisa hidup di dua alam, yaitu alam nyata dan alam gaib. Mitos ini berawal dari kisah legenda Kerajaan Majapahit, seekor perkutut joko mangu yang merupakan burung kesayangan sang raja adalah titisan dari pangeran.
Dari kisah tersebut kemudian masyarakat Jawa menganggap burung perkutut burung yang disakralkan.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait