Beberapa bulan yang lalu, Mukid mengajak teman dari luar daerah ke pantai ini yang belum terjamah oleh pemerintah kabupaten.
"Teman saya senang bermain selancar di Pantai Tar Alam ini saat gelombang ombak sedang tinggi. Dia merasa nyaman bermain selancar karena tidak ada batu dan aman ketika terjatuh," katanya.
Keadaan pantai juga membuat pengunjung terkejut dan mengungkapkan kekagumannya saat menjelajah alam di lokasi ini. "Inilah yang disebut pantai. Di mana pemerintah daerah Sampang?" kata Rafi, seorang warga Pamekasan.
Seorang seniman dari Komunitas Perupa Sampang (KPS), Junaedi, mengatakan bahwa hutan yang tumbuh di sepanjang pinggir pantai ini disebut sebagai belantara alam.
"Belantara ini dikenal sebagai Hutan Tar Alam oleh masyarakat. Oleh karena itu, mereka juga menyebutnya sebagai Pantai Tar Alam Sampang," jelasnya.
Penggagas monumen Trunojoyo yang menjadi ikon Sampang, mengharapkan agar pemerintah daerah melakukan survei di Pantai Tar Alam yang memiliki potensi menjadi objek wisata.
"Pasirnya putih, halus, tanpa batu, dan banyak tumbuhan yang bagus untuk pengunjung berfoto. Hanya ada sedikit sampah yang perlu dibersihkan," tambahnya.
Menurutnya, pemerintah daerah harus beranimengelola potensi yang ada. Hal ini bertujuan untuk mendukung dan mendorong peningkatan ekonomi daerah melalui pengembangan objek wisata, khususnya Pantai Tar Alam.
"Jika daerah memiliki niat untuk mengelola pantai yang baru saya temukan ini, pemerintah perlu mempertimbangkan sikap pengunjung dan dampak positifnya terhadap ekonomi dan hal lainnya," pungkas Junaedi.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait