SOLO,iNewskaranganyar.id - Sesepuh suporter Pasoepati Solo, Suprapto mengutuk keras dan sangat menyesalkan terjadinya Tragedi Kanjuruhan yang memakan ratusan korban jiwa. Pihaknya tidak mentolerir kejadian di Kanjuruhan itu terjadi kembali.
Seharusnya, ungkap Suprapto, tragedi Kanjuruhan bisa dihindari bila pihak PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) tidak mengindahkan surat yang dikirimkan pihak Panpel tentang perubahan jadwal tanding.
Namun yang terjadi, dari kabar yang beredar, pihak PSSI dan PT LIB tetap bersikukuh menggelar pertandingan. Hal itulah, ungkap pria yang akrab disapa Prapto Koting yang menjadi pertanyaan besar dan harus dijawab oleh pihak PSSI dan PT LIB.
"PSSI & PT LIB seharusnya sudah mengetahui bigmatch atau Derby yang mengundang Tensi tinggi tim-tim di Liga 1, Termasuk Arema vs Persebaya selain Persija vs Persib. Mengapa jam pertandingan yang diajukan oleh Panpel ke PT LIB atas masukan Kapolres dan Kapolda tidak diindahkan? Artinya PT LIB hanya kejar jam tayang televisi agar Rating naik. Kasihan Panpel nya jika dikorbankan oleh PT LI. Meskipun Panpel juga wajib bertanggungjawab atas kejadian seperti itu,"papar Prapto pada iNewskaranganyar, Senin (3/10/2022).
Menurut Prapto, dirinya berbicara berdasarkan bukti dan fakta yang diterimannya. Untuk itu, Prapto mendesak pada pihak Kepolisian untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan sesuai dengan intruksi khusus yang diberikan Presiden Joko Widodo.
"Siapapun yang terlibat insiden Kanjuruhan Malang harus di usut dan di tindak tegas seperti arahan khusus bapak Presiden kepada bapak Kapolri,"ujarnya.
Selain itu, Prapto Koting pun mendesak agar Ketua Umum PSSI dan Dirut PT LIB untuk legowo mundur dari jawabatnnya sebagai bentuk tanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan yang merenggut korban jiwa begitu banyak.
"PSSI dan PT LIB harus bertanggungjawab atas korban-korban insiden Kanjuruhan. Kami berharap Dirut PT LIB dan Ketum PSSI dengan suka rela dan dengan sportifitas yang tinggi untuk mengundurkan diri,"tegas Prapto.
Dengan kejadian insiden Kanjuruhan Malang yang terjadi pada 1 Oktober 2022, ungkap Prapto, bisa dijadikan pelajaran berharga untuk seluruh organisasi atau komunitas suporter seluruh Indonesia bahwa rivalitas hanya dalam 90 menit, selebihnya saudara.
"Tragedi Kanjuruhan bisa dijadikan momentum berharga untuk bersama-sama menjadikan Supporter sepakbola sebagai alat silaturahmi untuk pemersatu bangsa. Kami para suporter meminta tragedi Kanjuruhan diusut tuntas. Jangan hanya Panpel yang di pojok kan, tapi kasus ini diungkap tuntas se tuntas tuntasnya,"tegasnya.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait