"Ayo yang pada iuran siap-siap istrinya dibawa orang lain. (hahaha)." Saya juga pernah ditanya begitu, di tempat saya ada kurban iuran sapi, tapi saya lebih suka kambing. Karena saya agak egois, ingin kurban sendiri. "Gus, kok tidak ikut urunan (patungan) kurban sapi?" "Emoh (tidak mau)." "Kenapa tidak mau, Gus?" "Tunggu-tungguan rombongan." (hehehe) Lah, misalnya surgaku itu Januari, surgamu Desember. Sapinya nunggu kamu kelamaan. (hehe) Semisal kalau kurban kambing, surgaku Januari kan langsung terbang. Kalau orang 7 dan surganya tanggalnya beda-beda bagaimana? Masak surgaku bareng Rukhin? Kan secara teori tidak mungkin. Makanya aku tidak mau kurban bareng Rukhin. Nanti ada pengumuman dari Malaikat: "Baha masuk surganya ditunda, karena temannya masih di neraka. Haha repot..." Beramal tidak perlu berpikir seperti itu, yang penting ikhlas saja.
Allah nanti mengaturnya bagaimana terserah. Kalau dituruti nanti barena istri orang, meskipun sama-sama lelakinya ya akan saling menunggu. Karena kelas surganya masuknya beda-beda. Masak surganya yang saleh dan setengah saleh bareng? Masak yang saleh nunggu 100 tahun karena teman kurbannya di neraka. Paham nggeh? "Tidak perlu berpikir seperti itu," saya bilang begitu. Tapi ini jangan sampai jadi penggalih (dimasukkan dalam hati) ya.
Ini omongannya orang nganggur begitu saja. (hehehe) Cuma menurut Syari'at, lebih baik kambing untuk satu orang daripada 1 sapi untuk 7 orang. Karena tadi bisa menimbulkan egois tadi. Kalau bisa dipanggil Januari ya langsung terbang saja.
Kalau jatah masuk surga Desember, iya kalau Desembernya dalam satu tahun, kalau terpaut 100 tahun bagaimana? Tidak usah terlalu dipikir, kalau mau beramal ya beramal saja! Orang beramal kok diperhitungkan! Saya tidak suka orang amal kok diperhitungkan.
Tidak perlu begitu beramal, beramal saja. Entah bagaimana Allah nanti, terserah. Saya berkali-kali didatangi orang. Lama-lama dia mikir. "Kalau beramal yang ikhlas, nanti Allah gampang.
Editor : Ditya Arnanta