Kawasan ini telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tempat paling keramat sekaligus paling angker di tanah Jawa.
Juru kunci Kayangan, Ujara Wakino, banyak menyimpan cerita sejarah yang sarat dengan nuansa mistis Tegas.
Menurut cerita, keberadaan Kayangan diawali ketika pertama kali Danang Sutowijaya mencari wahyu raja yang ketika itu berada di tangan ayahnya Ki Ageng Pemanahan.
Air terjun Persiraman disinilah panembahan Senopati dan Ratu Kidul membersihkan diri (Foto: iNewskaranganyar.id/Bramantyo)
Keberhasilan Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah mentaok lewat putranya yang bernama Danang Sutowijaya, setelah membunuh Haryo penangsang akhirnya mendapatkan balas jasa sejengkal tanah perdikan di Mentaok (Kotagede) oleh Sultan Pajang Hadiwijaya.
Ki ageng Pemanahan yang ketika itu menjabat seorang penguasa di tanah Mentaok masih dibawah kendali kekuasaaan Hadiwijaya.
Meski wahyu raja tersebut sebenarnya telah diketahui oleh Ki Ageng Pemanahan yang tak lain adalah ayahnya sendiri, namun demi sebuah kekuasaan, Danang Sutowijaya nekad menempuh gelapnya hutan Kayangan menjalani laku bertapa mencari kebenaran wahyu keprabon.
Dalam perjalananya mencari wahyu keprabon, sampailah Danang Sutowijaya di sebuah desa terpencil (Ndlepih) di selatan Wonogiri.
Danang Sutowijaya adalah nama asli Panembahan Senopati sebelum bergelar Panembahan Senopati setelah menduduki tahta raja Mataram Islam yang pertama kali di tanah Jawa.
Awal pertama kali memasuki hutan Kayangan, Danang Sutowijaya melakukan semedi di Selo bethek guna mendapatkan petunjuk dari Tuhan apa yang harus dia lakukan untuk mencari wahyu tersebut.
Meski wahyu ini sebenarnya telah diketahui oleh ayahnya bahwa suatu hari kelak anak turunnya yang akan menjadi penerus raja raja di tanah Jawa.
Editor : Ditya Arnanta