Misalnya tokoh A wataknya lemah lembut, maka tokoh B wataknya kasar, galak, dan sebagainya.
Watak tokoh akan menentukan koflik cerita. Kalau watak antar tokoh hampir sama, cerita akan terasa hambar.
Contoh: Bikinlah tokoh dalam contoh judul Cerpen: ‘Rudi dan Pengemis Jalanan’ atau ‘Edo Sang Juara Palsu’.
“Baik tidaknya sebuah Cerpen, salah satunya ditentukan oleh berhasil tidaknya penulis menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang di dalamnya ada perwatakan sangat penting bagi sebuah cerita,” papar Hamdani MW yang juga seorang jurnalis tersebut.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam, yaitu sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Sifat tokoh bisa diungkapkan dengan berbagai cara, di antaranya melalui:
Tindakan, ucapan dan pikirannya: gambarkan watak tokoh dalam judul Cerpen Rudi dan Pengemis Jalanan serta Edo Sang Juara Palsu.
Tempat tokoh tersebut berada: bayangkan setting tempat dalam judul Cerpen Rudi dan Pengemis Jalanan serta Edo Sang Juara Palsu.
Benda-benda di sekitar tokoh: bayangkan benda-benda apa saja yang ada di judul Cerpen Rudi dan Pengemis Jalanan serta Edo Sang Juara Palsu.
Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang.
Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah Cerpen, cukup memiliki sekitar tiga tokoh saja. Terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita.
“Jangan terlalu detail memaparkan latar belakang tiap tokoh. Fokuskan pada tokoh utama,” begitu saran Hamdani kepada iNewskaranganyar.
Editor : Bramantyo