Hal itu justru menjadi beban, sehingga si penulis terlalu sering menghapus kata atau kalimat yang dirasa kurang cocok. Ini justru menghambat pekerjaan.
“Karena itu prinsip utamanya adalah, jangan takut menulis buruk, karena nanti masih ada tahap editing,” tegas Hamdani MW yang juga pemilik karya cerita anak ‘Meringkus 2 Monster Hutan’.
Menurut dia, menulis dan mengedit itu proses yang berbeda.
Menulis itu proses menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan, dan mengedit adalah proses menata isi pikiran yang sudah tertuang dalam bentuk tulisan.
Jika kita melakukan aktivitas menulis dan mengedit bersamaan, prosesnya akan tersendat-sendat.
Menentukan tema Cerpen
“Tema berfungsi sebagai pengarah bagi penulis untuk menuliskan cerita,” demikian Hamdani membagikan sarannya.
Misalnya, kita mengambil tema Cerpen: Persahabatan, Kesetiaan, Kedisiplinan, dan lain-lain. Setelah tema ditentukan, semakin mudah bagi kita menulis Cerpen.
Tema itu seperti ruh dalam sebuah tulisan, agar tulisan semakin terarah dan tidak bertele-tele.
Terkadang tema tidak sesuai dengan judul Cerpen, karena tema bukan judul.
Tema lebih luas dari pada judul.Contoh: Kalau kita angkat tema tentang
“Pendidikan Budi Pekerti”, maka kita bisa mengambil judul: Rudi dan si Pengemis Jalanan. Bisa bisa juga kita buat judul cerpen: Edo Sang Juara Palsu.
“Tema adalah sebuah ide pokok atau pikiran utama sebuah cerpen, yang menjadi titik tolak untuk membentuk rangkaian cerita,” tandas penulis cerita anak ‘Molo, Musang Yang Lupa Diri’ itu.
Penentuan tokoh dan karakter dalam cerita
Tokoh dan karakter (watak) sangat penting. Setelah menentukan jumlah dan nama-nama tokoh, usahakan watak antar tokoh dibuat berbeda.
Editor : Bramantyo