Menulis, mengalir sesuai hati dan pikiran. Keluarkan ide-ide yang tersimpan dan tulislah satu dua kata menjadai satu dua kalimat dan berlanjut pada satu dua paragraf.
“Tahapan menulis Cerpen, bagi saya nggak ada tahapannya,” tandas Hamdani yang juga mengembakan diri sebagai penulis cerita anak (Cernak).
Hamdani MW saat bedah buku di Karanganyar, Jawa Tengah. (Foto: iNewskaranganyar/Didik Kartika)
Penulis yang memiliki nama pena Hamdani MW ini menyarankan, bila sudah berniat untuk menulis, lalu mendapatkan ide, agar secepatnya menuangkan di layar laptop atau computer atau selembar kertas.
“Asal nulis begitu saja. yang penting, tuangkan dalam layar komputer atau kertas. Dulu, generasi saya, saya masih pakai mesin ketik manual yang bunyinya cetok-cetok, keras sekali,” tutur penulis buku antologi cerita anak ‘Raja yang Sombong’ itu.
Hamdani menambahkan, para penulis tidak perlu memikirkan keindahan berbahasa dalam tulisan yang sedang digarap.
“Tulis saja mengalir. Nggak usah mikir keindahan berbahasa. Yang penting, tumpahkan, tumpahkan, tumpahkan. Habis itu setelah rampung menulis, baca ulang, baca ulang. Pasti akan kelihatan yang salahnya di mana. Lalu baru diedit, dan bisa ditambahkan enaknya gimana agar enak dibaca, dan seterusnya,” papar dia.
Dia menyimpulkan, baginya tahapan dalam menulis cerita hanya ada dua yaitu ‘Menulis cerita’ dan ‘Mengedit cerita’. “Itu saja,” pungkasnya.
Editor : Bramantyo